Kaleidoskop 2016: Teroris Masih Mengancam, dari Sarinah hingga Istana - Kompas.com
Minggu, 5 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Kaleidoskop 2016: Teroris Masih Mengancam, dari Sarinah hingga Istana

Senin, 26 Desember 2016 | 11:38 WIB
AP / VERI SANOVRI Foto ini dirilis oleh agensi berita China Xinhua, seorang pria tak dikenal dengan senjata, terduga pelaku, terlihat setelah ledakan menghantam kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, 14 Januari 2016. Serangkaian ledakan menewaskan sejumlah orang, terjadi baku tembak antara polisi dan beberapa orang yang diduga pelaku.

4. Bom gereja di Medan dan Samarinda

Aksi teroris tak hanya disasarkan ke tempat keramaian, namun juga meresahkan agama tertentu. Rencana bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep pada akhir Agustus lalu menggegerkan Medan.

Pelaku berinisial IA masih berusia 18 tahun, namun sudah ahli merakit bom sendiri. Menurut kepolisian, ia belajar merakit bom dari siaran televisi dan internet.

Mulanya IA menerima black powder dari orang tak dikenal sebagai amunisi untuk merakit bom. Orang itu lah yang membujuk IA melakukan teror di gereja tersebut. Ia diiming-imingi uang Rp 10 juta yang akan diserahkan usai menjalankan aksinya.

Black powder yang diberikan itu kemudian dimasukkan ke pipa alumunium, ditutup ujungnya, kemudian disambungkan dengan kabel ke baterai. IA juga membeli sejumlah korek untuk memicu ledakan.

Setelah merakit bom itu, IA pun melaksanakan niatnya di gereja pada Minggu (28/8/2016) pagi. Namun, ledakan itu tidak terjadi. Malah IA menyerang pastor Albret S. Pandiangan dengan senjata tajam hingga terluka.

(Baca: Ini Kronologi Percobaan Bom Bunuh Diri di Gereja Katolik di Medan)

Teror bom di gereja terulang di Samarinda, tepatnya di gereja Oikumene Sengkotek Samarinda, Minggu (13/11/2016).

TRIBUNNEWS/HO/POLSEK LOAJANAN Sejumlah kendaraan sepeda motor mengalami kerusakan akibat ledakan bom molotov di halaman Gereja Oikumene, Sengkotek, Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016).
Akibat kejadian ini, empat anak kecil mengalami luka bakar, salah satunya kemudian tewas. Mereka berada di area parkir sepeda motor saat bom molotov dilempar ke area parkir itu.

Pelaku yang bernama Juhanda merupakan residivis. Ia adalah terpidana pengeboman di Serpong dan bom buku di Utan Kayu, Jakarta Timur, pada 2011. Juhanda sebelumnya terkait dengan jaringan teroris pimpinan Pepi Fernando, Jamaah Ansharut Tauhid.

Dari pengembangan, polisi menangkap enam orang lainnya yang terlibat dalam teror bom ini. Bersama Juhanda, mereka bergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah yang berbaiat pada ISIS.

5. Rencana pengiriman WNI ke Suriah

Polisi berhasil menggagalkan keberangkatan tujuh warga negara Indonesia ke Suriah untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pelalu berinisial AR sebagai fasilitator punya peran besar dalam pengiriman WNI ke sana.

Fauzan juga mengajarkan WNI yang akan diberangkatkan tersebut untuk berkelit dari petugas. Mereka dituntun mengucapkan kata-kata untuk mengelabui jika tertangkap

Bahkan, sebelum digagalkannya pengiriman ini, ia pernah tiga hingga empat kali mengirimkan WNI ke Suriah.

Keberangkatan yang telah diketahui yakni terjadi pada Oktober 2015, November 2015, dan Januari 2016.

Dari tujuh orang yang diamankan, tiga di antaranya ditetapkan sebagai tersangka. Salah satu tersangka berinisial W diketahui sebagai penyandang dana untuk persiapan keberangkatan ke Suriah.

Kemarin, Minggu (25/12/2016) tiga WNI juga dideportasi dari Turki karena diduga akan bergabung dengan kelompok militan untuk berperang di Suriah.

(Baca: Terindikasi Akan Berperang ke Suriah, 3 WNI Dideportasi Turki)

Keberangkatan WNI ke Suriah lagi-lagi tak terlepas dari peran Bahrun Naim. Secara intensif, Bahrun menghubungi sel-selnya di Indonesia, termasuk para penyandang dana. Komunikasi tersebut juga meliputi rencana aksi dan cara-cara merakit bom.

"Teroris menggunakan teknologi untuk mengembangkan pola dan jaringan baru. Munculnya dimensi baru merupakan tantangan nyata," ujar Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

Page:

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Editor : Bayu Galih