Kaleidoskop 2016: Teroris Masih Mengancam, dari Sarinah hingga Istana - Kompas.com
Minggu, 5 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Kaleidoskop 2016: Teroris Masih Mengancam, dari Sarinah hingga Istana

Senin, 26 Desember 2016 | 11:38 WIB
AP / VERI SANOVRI Foto ini dirilis oleh agensi berita China Xinhua, seorang pria tak dikenal dengan senjata, terduga pelaku, terlihat setelah ledakan menghantam kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, 14 Januari 2016. Serangkaian ledakan menewaskan sejumlah orang, terjadi baku tembak antara polisi dan beberapa orang yang diduga pelaku.

Setelah itu, sandi Camar Maleo tak lagi digunakan, berganti operasi Tinombala. Tim gabungan pun beberapa kali mengevaluasi dan merombak beberapa personil mereka dengan orang-orang baru serta mengganti strategi.

Akhirnya, buruan utama mereka berhasil diringkus pada 18 Juli 2016. Santoso tewas dalam baku tembak antara kelompok tersebut dengan tim satgas.

(Baca juga: Akhir Petualangan Santoso di Hutan Belantara Poso)

Namun, kematian Santoso tak membuat para anggotanya langsung menyerahkan diri. Mereka masih bertahan di belantara hutan Pegunungan Biru.

Mansur Foto Dokumentasi Baliho DPO Kelompok Santoso
Dua kaki tangan Santoso, Ali Kalora dan Basri diyakini sebagai sosok kuat yang menggantikannya memimpin kelompok tersebut. Saat itu, istri Santoso pun masih bersembunyi bersama belasan anggota lainnya.

Namun, satu persatu dari mereka berhasil ditangkap satgas gabungan. Mulai dari istri Ali Kalora, istri Santoso, hingga Basri yang tewas setelah terbentur batu saat menyeberang sungai.

Hingga saat ini masih ada beberapa anggota kelompok yang bertahan hidup dalam kepungan.

3. Bom bunuh diri di Mapolresta Solo

Pria bernama Nur Rohman nekat melakukan aksi bom bunuh diri di Mapolresta Solo, pada awal Agustus 2016. Ternyata, dia tak merencanakan aksi itu sendirian.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Densus 88 menangkap beberapa orang yang rerkait dengan rencana tersebut. Salah satunya Dwiatmoko alias Abu Ibrahim Al Atsary di Lampung.

Dwiatmoko diduga juga berkaitan dengan Bahrun Naim, simpatisan Negara Islam Iran dan Suriah (ISIS) dari Indonesia.

(Baca: Kronologi Serangan Bom Bunuh Diri di Depan Mapolresta Solo)

Bahrun bukanlah nama baru di kalangan teroris. Ia merupakan warga Indonesia yang berbaiat dengan ISIS sejak 2014 dan punya peran dalam sejumlah aksi. Salah satunya bom Thamrin.

Selain itu, polisi menangkap Munir Kartono yang mengirimkan sejumlah uang kepada Dwiatmoko. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli bahan material bom dan biaya perjalanan pengiriman bom kepada Rohman.

Munir juga disebut merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah yang berafiliasi dengan ISIS. Kelompok ini dipimpin oleh Aman Abdurrahman yang kini menghuni lapas Nusakambangan.

Page:

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Editor : Bayu Galih