Komunitas "Sketch", Mengabadikan Momen Unik Imlek dalam Bentuk Sketsa

Jumat, 16 Februari 2018 | 16:38 WIB

Salah satu karya lukisan sketch milik anggota komunitas SketchaholicKOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D Salah satu karya lukisan sketch milik anggota komunitas Sketchaholic

JAKARTA, KOMPAS.com - Nanuk terlihat duduk  di sebuah taman yang berada di Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat. Tangan kanannya memegang sebuah spidol berwarna hitam, sementara kumpulan kertas berukuran A4 tertumpuk di pahanya.

Warga Pluit itu datang ke Vihara Dharma Bakti bukan untuk merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh hari ini, Jumat (16/2/2018). Ia bersama belasan temannya datang untuk mengabadikan momen setahun sekali tersebut.

Uniknya, Nanuk tak menyenjatai diri dengan kamera canggih dan lensa panjang khas fotografer profesional yang sibuk menangkap momen. Sebaliknya, ia hanya membawa setumpuk kertas dan beberapa jenis spidol.

Nanuk dan kawan-kawan merupakan anggota Komunitas Sketchaholic dan Indonesian Sketcher. Kedua komunitas itu kerap menghadiri momen-momen unik seperti Imlek untuk diabadikan dalam lukisan sketsa.

"Kami selalu menggunakan momen-momen yang ada untuk diabadikan dalam lukisan sketsa. Kebetulan momennya Imlek makanya kami datang ke vihara-vihara dan klenteng," kata Nanuk.

(Baca juga: Kesederhanaan Imlek di Vihara Avalokiteshvara Jatinegara yang Berusia Ratusan Tahun)

Selain Imlek, Nanuk dan kawan-kawan juga rajjn mendatangi momen-momen megah lainnya seperti perayaan Tahun Baru.

"Kalau Tahun Baru, biasanya kami berpindah-pindah cari tempat yang ramai. Kadang di Bundaran HI, kadang di Blok M, tergantung isu," kata dia.

Di luar itu, komunitas yang beranggotakan puluhan orang ini juga rutin berburu momen untuk diabadikan dalam bentuk sketsa setiap bulannya.

"Kadang sebulan dua kali, kami hunting ke tempat-tempat klasik seperti Kota Tua atau Pelabuhan Sunda Kelapa. Kadang sendiri, kadang juga ramai-ramai," kata Nanuk.

Proses pembuatan lukisan sketsa yang menggambarkan suasana perayaan Imlek di Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jumat (16/2/2018)KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D Proses pembuatan lukisan sketsa yang menggambarkan suasana perayaan Imlek di Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jumat (16/2/2018)
Ia punya alasan tersendiri mengapa menjadikan kawasan historis sebagai objek sketsanya.

"Untuk sekadar mengabadikan. Jadi sewaktu-waktu bangunannya sudah tidak ada, saya masih punya sketsanya," kata Nanuk.

(Baca juga: Ragam Perayaan Imlek di Kelenteng Tertua di Magelang)

Otodidak

Di sudut lain vihara, Dika asyik duduk memandangi sebuah gapura yang berada di hadapannya. Spidol hitam yang ia genggam asyik "menari" di atas kertas mengikuti alur bentuk gapura.

Berbeda dengan Nanuk, pemuda berusia 17 tahun itu baru pertama kali datang ke Vihara Dharma Bakti untuk mengabadikan momen Imlek.

"Ini saya juga baru pertama kali diajak main ke sini. Biasanya sih nge-sketch sendiri saja ke Kota Tua," kata Dika yang sudah hobi menggambar sejak kecil.

Meskipun hobi membuat sketch akrab dengan bidang ilmu arsitektur atau seni rupa, Dika mengaku tidak punya latar belakang pendidikan di kedua bidang studi tersebut.

"Enggak, saya saja masih SMA. Enggak perlu belajar khusus, saya pun belajarnya otodidak," kata Dika.

Sejumlah anggota Komunitas Sketchaholic berfoto bersama di halaman Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (16/2/2018)KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D Sejumlah anggota Komunitas Sketchaholic berfoto bersama di halaman Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (16/2/2018)
Pernyataan Dika diamini Nanuk. Menurut Nanuk, tidak ada syarat khusus untuk bisa bergabung dalam komunitas sketch.

"Bebas, semua boleh bergabung. Memang ada yang latar belakangnya arsitek, arsitek interior, tapi banyak juga yang gabung hanya karena hobi," kata Nanuk.

Dika pun menyebut tidak dibutuhkan modal besar untuk memulai hobinya itu.

"Enggak mahal kok, yang paling sederhana mungkin sekitar ratusan ribu rupiah untuk beli spidol dan kertas," kata Dika.

Sementara, apabila ingin lebih menyeriusi hobi membuat lukisan sketch tersebut tentu dibutuhkan modal yang lebih besar. Pantauan Kompas.com, sejumlah anggota komunitas sketch punya persenjataan lebih lengkap dengan sejumlah kuas dan cat air untuk mewarnai lukisannya.

Kompas TV Sebuah karya seni, tidak selalu membutuhkan bahan baku yang baru dan mahal.




Penulis : Ardito Ramadhan
Editor : Bayu Galih