Teh, Strategi Starbucks Menguasai Pasar China dan Asia - Kompas.com
Sabtu, 4 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Teh, Strategi Starbucks Menguasai Pasar China dan Asia

Selasa, 13 September 2016 | 05:15 WIB
KOMPAS.COM/SRI ANINDIATI NURSASTRI Starbucks Teavana Handcrafted Beverages terdiri dari tiga jenis minuman yakni Black Tea with Ruby Grapefruit and Honey, Iced Shaken Green Tea with Aloe and Pickly Pear, dan Iced Shaken Hibiscus Tea with Pomegranate Pearls.

SEATTLE, KOMPAS.com – Raksasa jaringan gerai kopi global Starbucks Corp berencana meningkatkan bisnis teh globalnya hingga mencapai angka 3 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 39,3 trilun hingga lima tahun ke depan. 

Hal ini sejalan dengan dimulainya penjualan lini minumah teh barunya, Teavana, di kawasan Asia Pasifik.

Starbucks melalui Teavana, ingin menguasai pasar China yang potensinya amat menggiurkan.

Mengutip Bloomberg, Senin (12/9/2016), China adalah pasar Starbucks yang tumbuh paling pesat. Starbucks membuka setidaknya 500 gerai per tahun di Negeri Tirai Bambu tersebut guna mengejar target 3.400 gerai di China pada 2019 mendatang.

Starbucks kini melirik China sebagai momentum pertumbuhan, dengan potensi bisnis teh mencapai 63,2 miliar yuan atau 9,5 miliar dollar AS yang setara Rp 124,4 triliun. Angka tersebut 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan fiksasi pasar kopi di China.

Selain itu, lini teh terbaru Starbucks juga sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan konsumen di China akan produk yang mempromosikan gaya hidup sehat. Saat ini, tren gaya hidup sehat juga tumbuh sangat pesat di seluruh kawasan Asia.

Matthew Crabbe, kepala riset Asia Pasifik Mintel Group Ltd mengatakan, ada identitas yang kuat tentang teh di Asia dan juga sejalan dengan pandangan Asia tentang menjaga kesehatan. 

"Hal itu berjalan beriringan dengan pencegahan ketimbang mengobati. Oleh karenanya, produk berbasis teh cenderung akan mengalami pertumbuhan yang kuat,” ungkapnya. 

Sekadar informasi, Starbucks mengakuisisi Teavana pada 2012 silam. Tidak berapa lama, Starbucks kemudian menyatakan lini produk tehnya ini diterima dengan baik di gerai-gerai mereka di AS.

Konsumen AS pun kini mencari pilihan makanan dan minuman sehat, yang mendorong bisnis teh Starbucks tumbuh 12 persen dan penjualan minuman es teh melonjak 29 persen pada 2015 silam.

Sementara di Asia, minum teh adalah kebiasaan yang sudah tumbuh dan berkembang selama ribuan tahun.

Dengan demikian, Starbucks harus menghadirkan minuman teh yang mengombinasikan kemewahan dan keunikan yang menarik minat konsumen.

“Tentu saja teh memiliki pasar yang sangat mature di Asia. Ini sudah terjadi selama ribuan tahun dan kami melihat bagaimana tren minuman bubble tea memikat konsumen remaja di Asia beberapa tahun lalu," ungkap Crabbe.

"Namun ketika konsumen ini beranjak dewasa mereka mencari sesuatu yang lebih mewah dan Teavana bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ini.”

Kompas TV Kopi Sumatera No. 1 di Starbucks?



Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika