Starbucks dan Burger King Terseret Skandal Makanan - Kompas.com
Sabtu, 18 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Starbucks dan Burger King Terseret Skandal Makanan

Selasa, 22 Juli 2014 | 14:43 WIB
Starbucks

NEW YORK, KOMPAS.com — Skandal makanan beracun di Tiongkok menyebar dengan cepat. Bahkan skandal ini turut menyeret gerai kopi ternama AS Starbucks dan restoran cepat saji Burger King Worldwide.

Sebelumnya pada Senin (21/7/2014), induk McDonald's dan KFC, yakni Yum Brands, meminta maaf kepada pelanggan mereka di Tiongkok. Langkah ini dilakukan setelah muncul skandal bahwa Shanghai Husi Food, unit dari OSI Group yang berbasis di AS, telah menyuplai daging sapi dan daging ayam yang sudah kedaluwarsa ke restoran mereka.

Pada hari ini, Starbucks juga mengaku bahwa sejumlah gerai mereka juga menjual produk daging ayam yang sudah terkontaminasi dari Shanghai Husi. Shanghai Husi merupakan perusahaan yang ditutup paksa oleh Pemerintah Tiongkok setelah laporan televisi menunjukkan staf karyawannya menggunakan daging yang sudah kedaluwarsa dan memungut daging yang sudah jatuh ke lantai untuk dicampur dalam produk yang dijual.

McDonald's mengatakan, daging dari suplier telah dijual ke sejumlah cabang di Jepang di mana daging tersebut digunakan untuk bahan baku nuget.

Sementara Burger King dan Dicos mengatakan, pihaknya tidak akan lagi bekerja sama dengan Shanghai Husi di outlet mereka.

Keamanan makanan saat ini menjadi isu utama bagi konsumen Tiongkok setelah skandal 2008 melibatkan susu terkontaminasi melamin yang menyebabkan enam bayi meninggal dunia dan ribuan bayi lainnya sakit.

Kemudian, skandal makanan lain juga menerpa daging dan industri susu beberapa tahun berikutnya. Tak pelak, banyak warga Tiongkok yang memilih untuk membeli merek asing yang menawarkan standar keamanan lebih tinggi. (Barratut Taqiyyah)

Baca juga: McDonald's Menjadi Perusahaan Paling Dibenci di Amerika Serikat

Editor : Erlangga Djumena
Sumber: KONTAN, CNBC