Demokrat: SBY dan Airlangga Bahas Potensi Poros di Luar Jokowi dan Prabowo

By Rakhmat Nur Hakim - Kamis, 12 Juli 2018 | 11:47 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berbicara mengenai situasi politik terakhir dalam konferensi pers di kediamannya Puri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Rabu (2/11/2016).
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berbicara mengenai situasi politik terakhir dalam konferensi pers di kediamannya Puri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Rabu (2/11/2016). (Iwan.K/Situs Demokrat.or.id)

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan menyatakan, partainya bersama Golkar membicarakan berbagai opsi di Pilpres 2019, termasuk pembentukan poros di luar koalisi pendukung Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Hal itu dibicarakan saat Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto menyambangi Ketua Umm Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediamannya, di Kuningan, Jakarta, Selasa (10/7/2018).

Menurut Hinca, hal itu wajar dibicarakan karena Demokrat mempertimbangkan tiga opsi, yakni mengusung Jokowi, Prabowo, atau sosok di luar keduanya.

"Iya, jadi skenario-skenario itu kami bicarakan bersama," kata Hinca di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/7/2018).

Baca juga: Tunggu Cawapres Jokowi dan Prabowo, Ini Pertimbangan Demokrat

Ia meyakini, hal itu tak hanya dilakukan oleh Demokrat dan Golkar, tetapi juga oleh semua partai, sekalipun sudah menyatakan dukungan kepada Jokowi atau Prabowo.

"Tentu saja apa yang akan diumumkan Pak Jokowi atau diumumkan Pak Prabowo atau ada yang lain, tentu akan ditimbang oleh semua partai yang ada. Termasuknya, misalnya, Golkar. Kalau misalkan diajak seperti apa. Begitu juga Demokrat," lanjut dia.

Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin sebelumnya menyatakan, Demokrat siap mengakomodasi partai politik yang kecewa itu dan membentuk poros politik baru.

Baca juga: Sekjen Demokrat Akui Golkar Ajak Gabung ke Koalisi Jokowi

Melihat peta kengototan partai politik soal pengajuan cawapres, Amir melihat, partai politik pada koalisi Jokowi yang paling banyak mengajukan nama ketua umumnya sebagai pendamping Jokowi.

Ia yakin, ada tersisa kekecewaan di antara partai politik yang kadernya tidak digandeng Jokowi sebagai cawapres.

"Manakala pengumuman (cawapres) terjadi dan ada partai politik koalisi yang merasa aspirasinya tidak diakomodasi, tidak diajak komunikasi dalam penentuan atau alasan apapun, kemudian dia merasa kecewa atau kurang puas, di situlah Demokrat akan memainkan perannya sebagai 'game changer', merubah permainan," lanjut dia.

Editor : Sandro Gatra
Artikel Terkait


Close Ads X