JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama menyebut rencana penertiban kawasan
Kalijodo sudah diputuskan sejak 2014 lalu.
Hanya saja, Basuki mengaku selalu menemui kegagalan untuk melaksanakan penertiban. (Baca:
Taman Kalijodo Akan Dilengkapi Teater Mini hingga Area "Skateboard")
"Kalijodo kegagalannya adalah kita terlalu banyak
dengerin dan
dengerin," kata Basuki di Balai Kota, Senin (29/2/2016).
Menurut Basuki, terlalu banyak mendengarkan keluhan dan permintaan warga yang meminta agar kawasan itu tidak digusur bukan suatu hal yang baik.
Terlebih lagi, masing-masing warga menyampaikan tuntutan yang berbeda-beda sehingga mempersulit gerak Pemprov DKI Jakarta.
"Ini kan cepat (penertiban Kalijodo), 20 hari rata tanah. Yang penting kita siap sekolah, rusun, dan
planning-nya mau jadi apa juga sudah ada," kata Basuki.
Beberapa waktu lalu, Basuki juga mengaku pernah diminta menunda penertiban Kalijodo. Ketika itu, penertiban Kalijodo ditunda karena berdekatan waktunya dengan penertiban Waduk Pluit.
Saat itu, tim intelijen mengimbau Basuki untuk tidak menertibkan Kalijodo dalam waktu dekat. "Tahun 2014, termasuk lepasan siapa, 'jagoan' di sana, sudah saya petakan," ujar Basuki.
Hari ini, Pemprov DKI Jakarta menggusur bangunan di Kalijodo. Kawasan tersebut akan dikembalikan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau. (Baca:
Kapolda: Ada Oknum yang "Main" di Kalijodo, Polisi, Tentara, tetapi Itu Dulu)
Sebelum penggusuran
Kalijodo, polisi menangkap pentolan kawasan tersebut, yakni
Abdul Azis atau Daeng Azis. Pria itu ditangkap lalu ditahan terkait kasus dugaan pencurian listrik.