Inspirasi Datang lantaran Pernah "Ditendang" - Kompas.com
Sabtu, 27 April 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Inspirasi Datang lantaran Pernah "Ditendang"

Senin, 14 September 2015 | 13:05 WIB
Josephus Primus Andrio Suhendro sudah sejak 1980 membesarkan produk fesyen di bawah bendera Logo De Corps.


KOMPAS.com - Ada kenangan yang tak lekang dari benak Andrio Suhendro. Waktu itu pertengahan 1980-an. Pria asal Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah itu tengah getol-getolnya, membesarkan produk fesyen di bawah bendera Logo De Corps, khususnya di Kota Bandung.

Rupanya, mengusung merek asli Indonesia, kala itu bahkan hingga kini, teramat berat. Di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Bandung Utara, merek-merek luar negeri pun menggeser merek karya Andriono. "Saya diminta bergeser ke bagian belakang (masih di dalam gedung pusat perbelanjaan) karena ada merek asing yang mau menempati ruangan merek saya di bagian depan," tuturnya di Bandung, Rabu (9/9/2015), kala mengisahkan pengalaman hidupnya.

Namun, Andriono, yang di mata sahabat karibnya, Budi Setiawan, adalah sosok yang begitu percaya diri, justru memetik inspirasi dari pengalaman "ditendang" itu. Inspirasi terkini adalah membangun 50 gerai mandiri dalam 2,5 tahun ke depan. "Konsepnya adalah street store bernama Logo House," tutur pria berkacamata tersebut.

Andrio kini terbilang sudah makan asam garam di dunia fesyen, khususnya produk jeans dan pakaian kasual. Sejak 1980, ia mendirikan Logo De Corps di Bandung. Kini, perusahaan itu membawahkan empat merek yakni Logo, Bomb Boogie, Body Talk, dan Ninety Degrees. Berturut-turut, Logo membidik konsumen perempuan berusia muda, Bomb Boogie untuk pria muda, Body Talk untuk perempuan dewasa, dan Ninety Degrees untuk remaja putri.

Catatan Andrio menunjukkan bahwa saat ini bendera Logo De Corps sudah memayungi 700 gerai di Indonesia. Dari jumlah itu, ada 30 gerai toko di dalam pusat perbelanjaan.

Sementara, 670 gerai merupakan gerai bersistem konsinyasi dengan pusat-pusat perbelanjaan. Menurut Andrio, pihaknya membidik segmen kelas menengah.

Saat ini, imbuh Andrio lagi, ihwal desain juga menjadi perhatian penting. Menurut penuturan Rene Martine, anak sulung Andrio yang juga menjadi presiden direktur perusahaan tersebut, setiap bulan untuk setiap merek, rata-rata ada desain terbaru hingga 500 desain.

Suasana

Josephus Primus Andrio Suhendro diapit dua dari tiga anaknya yakni Rene Martine (kiri) dan Yolanda Kandouw (kanan). Bersama dengan Karina (bungsu), ketiga anak Andrio sudah turut berkecimpung mengurus perusahaan Logo De Corps.

Andrio yang secara rinci menerangkan rencana gerai mandiri tersebut mengatakan dirinya mengincar suasana yang nyaman bagi para calon konsumennya yang kebanyakan anak muda penyuka kongkow alias nongkrong. Logo House nantinya tak sekadar menjadi toko fesyen. Di dalam gerai akan ada kafe yang menyajikan makanan dan minuman. Lalu, ada juga ruangan salon bagi para pengunjung yang kebetulan ingin memangkas rambut di sela-sela berbelanja produk fesyen.

Lebih lanjut, Andrio menambahkan bahwa gerai pertama Logo House akan berada di Yogyakarta. "Ini kota yang saya pilih karena saya punya kenangan di Yogyakarta," katanya dengan mimik muka sumringah.

Yogyakarta, bagi Andrio, adalah tempatnya mengalami tempaan-tempaan hidup. Tak naik kelas saat bersekolah di SMP Aloysius Kota Bandung, Andrio pindah ke Yogyakarta dengan niat menuntaskan pendidikan hingga sekolah menengah atas (SMA). "Tapi, nyatanya, SMA saya tidak lanjut," ujarnya.

Demi mempertahankan hidup di Kota Pelajar itulah, Andrio yang kala itu masih belia, mencari nafkah dengan berjualan kaca dan besi rongsokan. "Itu pengalaman hidup saya di Yogyakarta," kata pria yang saat ini berusia 58 tahun itu sembari terkekeh.

Khusus di Yogyakarta, lanjutnya, perusahaan mengincar bangunan rumah tua sebagai gerai Logo House. Bangunan itu tak diubah bentuk aslinya. "Akan ada penambahan-penambahan tapi mempertahankan bentuk bangunan asli," katanya sembari menambahkan rata-rata perusahaan mengincar harga sewa rumah untuk Logo House di kisaran Rp 200 juta per tahun.

Selain Yogyakarta, Logo House juga akan dihadirkan di beberapa kota luar Jawa untuk tahap pertama seperti di Renon, Denpasar, Bali. Lalu, Makassar di Sulawesi Selatan dan Palembang di Sumatera Selatan pun menjadi incaran.

Page:

Editor : Josephus Primus