Banjir Jakarta Tak Semata Faktor Cuaca - Kompas.com
Senin, 20 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Banjir Jakarta Tak Semata Faktor Cuaca

Selasa, 10 Februari 2015 | 16:17 WIB
KOMPAS/LASTI KURNIA Sejumlah kendaraan mencoba melintasi genangan air di kawasan bundaran air mancur samping Patung Arjuna Wiwaha atau yang terkenal dengan sebutan Patung Kuda, Jakarta, Senin (9/2/2015).
JAKARTA, KOMPAS.com — Curah hujan yang tinggi, normalisasi saluran air yang belum tuntas, dan tidak berfungsinya sebagian pompa air karena listrik padam diyakini menjadi faktor Jakarta kembali dilanda banjir, Senin (9/2/2015). Di luar cuaca, faktor-faktor teknis itu perlu segera dituntaskan.

Pada puncaknya sekitar pukul 12.00, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta mencatat sedikitnya 107 lokasi genangan yang tersebar di seluruh wilayah Ibu Kota. Hingga Senin malam, lebih dari 3.700 orang mengungsi.

Di Johar Baru, Jakarta Pusat, dua orang hanyut terbawa arus Kali Sentiong sekitar pukul 13.30. Satu orang dapat diselamatkan oleh warga, tetapi satu orang lagi bernama Muchtar (35) hilang terbawa arus.

Selain di Jakarta, banjir juga terjadi di Tangerang dan Bekasi. Di Babelan, Kabupaten Bekasi, seorang warga bernama Haryani (31) tewas tersengat listrik di dapur rumahnya yang terendam, pukul 13.00. Banjir juga mengganggu mobilitas warga.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono mengatakan, genangan terjadi karena hujan lokal dengan intensitas sedang hingga lebat ditambah rob akibat pasang laut yang mencapai ketinggian 210 sentimeter di kawasan utara Jakarta.

”Wilayah hulu bisa dikatakan tidak terlalu deras hujannya sehingga genangan dan banjir tidak bertambah parah,” ujarnya.

Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Priok mencatat, curah hujan dalam enam jam hari Senin mencapai 288 milimeter (mm). Dalam kurun waktu tersebut, curah hujan setinggi 198 mm tercatat di Stasiun Kemayoran dan 81 mm di Darmaga, Bogor. Hujan lebat jika mencapai 50-100 mm dalam 24 jam dan sangat lebat jika melebihi 100 mm per hari.

Namun, jika dibandingkan dengan hujan pada banjir Jakarta 2013 dan 2014, curah hujan ini lebih rendah.

Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab mengatakan, hujan di kawasan hulu sungai tak terlalu berkontribusi pada banjir di Jakarta kemarin mengingat hujan lebat terpantau hanya di Darmaga.

”(Curah hujan di) Cisarua masih 14 mm dalam 6 jam sehingga faktor hujan lokal di Jakarta adalah yang paling dominan terhadap banjir,” katanya.

Wilayah Jakarta Pusat menjadi salah satu kawasan paling parah terkena banjir. Banjir bahkan melanda kawasan Istana Kepresidenan, Monumen Nasional, dan Balai Kota Jakarta.

Agus menambahkan, pihaknya berusaha memaksimalkan pompa-pompa air untuk mengalirkan air ke Waduk Pluit supaya kawasan Istana, Monas, dan Balai Kota terbebas dari banjir.

Namun, menurut Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Utara Kasna, kinerja pompa sempat terganggu akibat adanya pemadaman listrik pukul 11.30 hingga 14.00. Padahal, saat itu ketinggian air terus naik signifikan.

”Air meningkat drastis, tetapi kami hanya dapat mengoperasikan empat pompa. Itu disebabkan hanya mengandalkan
genset, jadi tidak semua bisa dihidupkan,” ujar penanggung jawab Rumah Pompa Waduk Pluit, Joko.

Secara keseluruhan, terdapat 10 pompa di tiga rumah pompa di Waduk Pluit, tetapi satu pompa rusak.

Listrik dipadamkan

Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Mambang Hertadi menyampaikan, pemadaman listrik dilakukan untuk menghindari terjadinya hal yang membahayakan warga. ”Untuk di Pluit, itu juga kami lakukan pemadaman karena gardu listrik ikut terendam air, ” ujarnya.

Hingga pukul 19.30, sebanyak 469 gardu distribusi dipadamkan dari total 17.000 gardu yang berada wilayah Jakarta dan Tangerang. Beberapa wilayah yang terkena dampak pemadaman adalah area Marunda, Cikupa, Kebon Jeruk, Bandengan, Cengkareng, Teluk Naga, Tanjung Priok, Menteng, dan Cempaka Putih.

Selain pompa-pompa statis di rumah-rumah pompa, Dinas PU Tata Air DKI Jakarta mengerahkan sekitar 60 pompa bergerak, baik jenis tandem maupun trailer, untuk memompa air yang terjebak.

Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Timur Yazied Bustomi mengatakan, genangan di Jalan Pemuda di depan pusat perbelanjaan Arion di Rawamangun, Jakarta Timur, terjadi karena saluran yang terhubung ke Kali Sunter terhambat oleh jaringan utilitas. Sementara permukaan air Kali Sunter pada saat itu tinggi karena limpasan air rob dari utara.

Demikian pula genangan di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, terjadi karena aliran air pada saluran penghubung di jalan itu tidak dapat masuk ke Kali Cipinang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengakui, buruknya drainase di Jakarta menjadi salah satu pemicu meluasnya banjir.

”Buruknya drainase perkotaan dan kurangnya kawasan resapan air menyebabkan pasokan air permukaan melimpah sehingga drainase tak mampu menampung limpasan permukaan,” katanya.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui,
kinerja pompa dan kapasitas pompa masih jadi masalah karena belum memadai. ”Intinya, rob di kawasan utara harus dibereskan dengan memasang pompa berkapasitas besar,” ujar Basuki.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan prihatin dan berharap Gubernur DKI Jakarta lebih ketat lagi dalam mengatasi banjir.

Kerugian ekonomi

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia Fajar Budiono, kemarin, menuturkan, ”Banjir di Jakarta menghambat kelancaran pengiriman bahan baku plastik dari industri-industri petrokimia di Banten yang biasanya menyuplai ke pabrik-pabrik pengolah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.”

Fajar memperkirakan sekitar 3.000 ton bahan baku plastik dari lima industri di Banten terhambat pengirimannya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman mengatakan, banjir di Jakarta mengganggu kegiatan distribusi atau pengiriman barang ke beberapa tempat.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Masita mengatakan, banjir yang terjadi di Jakarta sepanjang hari Senin menyebabkan 30 persen pengantaran barang gagal mencapai tempat tujuan.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jakarta Barat Ade Putra Kurniawan mengatakan, kegiatan perdagangan di kawasan Glodok, antara lain Pasar Asemka, Pancoran, Lindeteves, dan Harco Glodok, nyaris 100 persen terhenti akibat banjir.

Ardhasena Sopaheluwakan, Kepala Sub-Bidang Analisa dan Informasi Iklim BMKG, mengatakan, masyarakat di sejumlah daerah, terutama Jabodetabek, masih perlu mewaspadai curah hujan tinggi hingga dasarian kedua Februari (sekitar 11-20 Februari).

Banjir juga melanda Bandar Lampung, Bandung, Gresik, dan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. (Tim Kompas)

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Editor : Kistyarini
Sumber: KOMPAS