Ilustrasi peneliti sedang bekerja di laboratorium.
Jon menjelaskan, pada saat semester akhir, dirinya melakukan penelitian ilmiah mengenai sopi milik orangtuanya.
Bahkan, skripsi yang digarapnya pun tentang sopi, dengan judul, Pengaruh Modifikasi Media Penyulingan dan Lama Waktu Penampung Nira Bunga Lontar Jantan.
Jon memerinci, penelitiannya itu terkait dengan proses pembuatan sopi yang selama ini dilakukan oleh orangtua yang sudah diturunkan dari leluhur mereka.
"Hasil penelitian sopi yang saya lakukan itu yang membedakan itu tinggi sok (dudukan) tempat diletakan sopi dalam periuk tanah. Tingginya, mulai dari dua sampai tiga meter. Jadi semakin tinggi dudukan periuk tanah tempat menampung sopi, maka kualitas sopi lebih bagus," kata dia.
Baca juga: Viral, Foto Mahasiswa Berlutut di Depan Tungku Penyulingan Miras Usai Wisuda
Dia pun berterima kasih kepada sejumlah dosen, di antaranya Yakobus Agu, Syprianus Ceunfin, Jefrianus Nino, serta Dekan Fakultas Pertanian Eduardus Yosef Neonbeni yang telah membimbingnya.
Penelitian tersebut akhirnya paripurna dengan hasil yang memuaskan.
Jon menyebut, selain untuk membantu meningkatkan taraf ekonomi, sopi bagi warga Kabupaten TTU juga merupakan bagian dari budaya turun-temurun.
"Budaya kami orang TTU, jika ada masalah atau sengketa antara warga, biasanya diselesaikan dengan cara menyimpan sebotol sopi di atas meja perundingan," kata dia.
Ke depan kata Jon, dirinya ingin melanjutkan usaha penyulingan sopi milik orangtua, dengan kualitas yang lebih bagus.
Baca juga: Minta Bantuan Polisi, Suami Gerebek Istrinya Saat Selingkuh dengan Kepala Desa
Penulis | : Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere |
Editor | : Pythag Kurniati |