Empat Hal agar Indonesia Menjadi Negara Hebat
Sabtu, 15 Agustus 2015 | 13:42 WIB
Pendaki mengibarkan bendera Indonesia di atas puncak Gunung Prau di saat hari kemerdekaan Indonesia.Terkait
JAKARTA, KOMPAS.com — Meski sudah merdeka cukup lama, Indonesia dianggap masih belum bisa disebut sebagai negara hebat. Ada empat hal yang masih menjadi catatan bagi pemerintah untuk ditingkatkan.
"Politik yang kokoh, ekonomi yang stabil, militer yang perkasa, dan teknologi yang unggul," kata wartawan senior Kompas, Ninok Leksono, saat diskusi bertajuk "Membaca 70 Tahun Indonesia" di Jakarta, Sabtu (15/8/2015).
Menurut Ninok, keempat hal itu perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah jika memang menginginkan Indonesia sejajar dengan negara lain yang kuat.
Ia mengatakan, keempat hal yang disebutnya itu saling berkorelasi satu sama lain. "Coba perhatikan, mana ada negara maju yang ekonominya bobrok, militernya lemah, dan ipteknya ketinggalan," ucap Ninok.
Secara khusus, Ninok menyoroti perkembangan teknologi di Tanah Air. Di satu sisi, pemerintah menginginkan percepatan alih teknologi, tetapi di sisi lain anggaran yang digelontorkan untuk biaya riset hanya sekitar 0,08 persen dari total produk domestik bruto (PDB).
"Selain itu, ada paradigma yang salah dalam hal teknologi, seperti kalau bisa beli kenapa bikin, kalau bisa beli barang murah kenapa tidak dimahalin. Kondisi ini bisa dibenahi kalau mental dan budayanya diperbaiki," ujarnya.
"Politik yang kokoh, ekonomi yang stabil, militer yang perkasa, dan teknologi yang unggul," kata wartawan senior Kompas, Ninok Leksono, saat diskusi bertajuk "Membaca 70 Tahun Indonesia" di Jakarta, Sabtu (15/8/2015).
Menurut Ninok, keempat hal itu perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah jika memang menginginkan Indonesia sejajar dengan negara lain yang kuat.
Ia mengatakan, keempat hal yang disebutnya itu saling berkorelasi satu sama lain. "Coba perhatikan, mana ada negara maju yang ekonominya bobrok, militernya lemah, dan ipteknya ketinggalan," ucap Ninok.
Secara khusus, Ninok menyoroti perkembangan teknologi di Tanah Air. Di satu sisi, pemerintah menginginkan percepatan alih teknologi, tetapi di sisi lain anggaran yang digelontorkan untuk biaya riset hanya sekitar 0,08 persen dari total produk domestik bruto (PDB).
"Selain itu, ada paradigma yang salah dalam hal teknologi, seperti kalau bisa beli kenapa bikin, kalau bisa beli barang murah kenapa tidak dimahalin. Kondisi ini bisa dibenahi kalau mental dan budayanya diperbaiki," ujarnya.
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
| Penulis | : Dani Prabowo |
| Editor | : Desy Afrianti |
