BMKG Prediksi Dampak El Nino di Indonesia Tak Akan Separah di India hingga Korea Selatan

Jumat, 11 Agustus 2023 | 12:46 WIB

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (9/8/2023).KOMPAS.com/Dian Erika Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (9/8/2023).

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, intensitas El Nino di Indonesia masih relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara lain.

Oleh karena itu, dampak El Nino di Indonesia diprediksi tidak akan separah kondisi di berbagai negara seperti India, China, dan Vietnam.

"Memang kalau dilihat secara global, intensitas atau level El Nino di Indonesia ini relatif masih rendah. Kita diuntungkan masih punya laut. Karena ini fenomena global, jadi terjadinya tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Misalnya India, Thailand, Vietnam itu juga terdampak," ujar Dwikorita di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (9/8/2023).

"Kami kan juga membandingkan dampak ini dengan negara-negara lain. Kita ini kan levelnya paling rendah sehingga di negara lain itu akan lebih parah lagi," katanya lagi.

Baca juga: BMKG: Puncak El Nino Oktober-November, Puncak Kemarau Agustus-September

Hanya saja, Dwikorita tetap mengingatkan soal ketahanan pangan yang harus dijaga untuk menghadapi dampak El Nino.

Saat ditanya lebih lanjut apakah dampak udara panas akibat El Nino di Indonesia tidak akan separah kondisi di Korea Selatan, ia menegaskan bahwa kondisi di Indonesia tidak akan separah di negara lain.

"Yang jelas kalau dari perhitungan ini kan dasarnya menghitung anomali suhu muka air laut, lalu dihitung dalam indeks atau anomali. Di Indonesia ini relatif paling lemah. Negara-negara lain ini levelnya lebih tinggi," ujar Dwikorita.

"Nah, kalau membayangkan Indonesia akan seperti apa. Kurang lebih akan seperti kekeringan di tahun 2019. Ya 2018, 2019. Ya seperti itu kurang lebih tapi tidak separah di tahun 2015. Saat itu kan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sangat luas ya. Jadi (seperti) 2019 itu kurang lebih yang akan kita alami," katanya menjelaskan.

Baca juga: El Nino Diperkirakan Baru Berakhir November, BMKG: Masyarakat Kota Jangan Boros Air

Meski demikian, Dwikorita juga mengakui bahwa potensi terjadinya karhutla pada tahun ini tetap ada.

Namun, antisipasi pemerintah sudah dilakukan sejak dini dengan menyiapkan penanganan langsung jika kebakaran terjadi.

"Insya Allah meski secara alamiah potensinya kurang lebih seperti tahun 2019, tetapi semoga dengan kesiapan yang lebih, semoga tidak separah 2019," ujarnya.

Sebelumnya, Dwikorita mengatakan bahwa puncak El Nino akan terjadi sekitar bulan Oktober-November.

Kemudian, puncak musim kemarau 2023 akan terjadi sekitar Agustus hingga September.

Baca juga: Wapres: Dampak El Nino di Beberapa Negara Sudah Berat, Kita Masih Lumayan

Oleh karena, musim kemarau terjadi bersamaan dengan El Nino, maka akan menyebabkan kondisi kemarau kering.

Meski demikian, Dwikorita mengatakan, puncak El Nino untuk sebagian wilayah Indonesia masih cukup kuat sampai akhir November dan awal Desember 2023.

Misalnya, di daerah Nusa Tenggara. Kondisi tersebut menurutnya disebabkan musim hujan yang datang terlambat.

Baca juga: El Nino Diprediksi Capai Puncaknya pada Agustus-September 2023


Penulis : Dian Erika Nugraheny
Editor : Novianti Setuningsih