Penuhi Bandara, 1.000 Demonstran Teriakkan "Bebaskan Hong Kong"

Jumat, 26 Juli 2019 | 22:07 WIB

Massa demontran duduk dan berkumpul di aula kedatangan bandara internasional Hong Kong, pada Jumat (26/7/2019).REUTERS / EDGAR SU Massa demontran duduk dan berkumpul di aula kedatangan bandara internasional Hong Kong, pada Jumat (26/7/2019).

HONG KONG, KOMPAS.com - Lebih dari 1.000 orang demonstran memadati bandara menyerukan demokrasi disertai dengan nyanyian maupun teriakan "Bebaskan Hong Kong".

Otoritas bandara Hong Kong menyatakan aksi unjuk rasa itu tidak akan berdampak kepada operasional. Namun mengimbau calon penumpang supaya datang lebih awal.

Mantan koloni Inggris yang kembali ke China pada 1997 mengalami krisis politik terburuk dalam beberapa dekade setelah demonstrasi yang terjadi dalam dua pekan terakhir.

Baca juga: Ratusan Pengunjuk Rasa Pro-Demokrasi Gelar Aksi di Bandara Hong Kong

Unjuk rasa yang dipicu usulan UU Ekstradisi itu menuai sorotan China setelah demonstran melakukan perusakan terhadap kantor perwakilan akhir pekan lalu.

Diwartakan Reuters Jumat (26/7/2019), insiden itu memicu peringatan dari Beijing yang menyatakan aksi vandalisme itu merupakan serangan terhadap kedaulatan China.

Pengunjuk rasa diprediksi bakal semakin banyak pada Sabtu (27/7/2019) dan memprotes serangan pada Minggu pekan lalu (21/7/2019) di stasiun kereta.

Saat itu, para pendemo mendapat serangan dari orang-orang bersenjata di mana sumber polisi mengungkapkan, ada pelaku yang berasal dari kelompok triad dengan 45 orang terluka.

Hong Kong kembali ke China melalui metode "satu negara, dua sistem" yang menjamin kebebasan, termasuk kebebasan melakukan protes yang tak dinikmati di daratan utama dalam 50 tahun terakhir.

Massa turun ke jalan setelah muncul UU Ekstradisi yang mengizinkan terdakwa untuk diekstradisi ke China daratan, dan menuntut Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam.

Beberapa pengunjuk rasa yang mengenakan helm dan duduk di bagian aula kedatangan membawa spanduk dan meminta pemerintah mencabut UU Eksekutif dengan nyanyian "Bebaskan Hong Kong" menggema.

"Dunia sedang menyaksikan aksi kami beberapa pekan terakhir," kata Jeremy Tam, mantan pilot dan politisi yang membantu demonstran bersama pegawai penerbangan lain.

Dia menjelaskan, mereka melakukan aksi itu di bandara karena mereka yakin, bandara merupakan tempat terbaik di mana turis bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di Hong Kong.

Stan "informasi turis" didirikan oleh pendemo dengan menunjukkan berbagai rincian tuduhan kebrutalan dari polisi dan serangan di Stasiun Yuen Long.

Baca juga: Situasi Memanas, Singapura Peringatkan Warganya di Hong Kong Jauhi Bandara

Sebastian Vanneste dari Selandia Baru menuturkan dia tidak tahu soal kebrutalan seperti yang dituduhkan pendemo, dan menghargai kebebasan berkumpul dan menyuarakan pendapat di sana.

"Saya pikir Hong Kong merupakan kota yang bersih dan nyaman. Aksi protes ini sama sekali tidak menghapus pandangan saya soal kota ini," papar pria 22 tahun itu.

Sekitar 15.000 orang termasuk turis, pilot, awak kabin, hingga pekerja bandara lain menandatangani petisi berisi desakan supaya pelaku serangan dihukum.

Dari Singapura, mereka mengimbau warganya untuk menghindari tempat-tempat yang diprediksi bakal menjadi lokasi unjuk rasa demi terjaminnya keselamatan mereka.

"Aksi protes yang seharusnya berlangsung damai bisa mengalami eskalasi kekerasan dengan sedikit pemberitahuan, atau tidak sama sekali," demikian imbauan Singapura.

Baca juga: Polisi Gunakan 55 Kaleng Gas Air Mata Bubarkan Massa Unjuk Rasa di Hong Kong


Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo