AS Berharap Denuklirisasi Korut Rampung pada 2020

Kamis, 14 Juni 2018 | 04:47 WIB

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kiri) bersama Presiden AS Donald Trump menyapa jurnalis pada pertemuan bersejarah antara AS-Korea Utara, di Hotel Capella di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6/2018). Pertemuan ini merupakan yang pertama kalinya bagi pemimpin kedua negara dan menjadi momentum negosiasi untuk mengakhiri kebuntuan permasalahan nuklir yang telah terjadi puluhan tahun.AFP PHOTO/SAUL LOEB Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kiri) bersama Presiden AS Donald Trump menyapa jurnalis pada pertemuan bersejarah antara AS-Korea Utara, di Hotel Capella di Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6/2018). Pertemuan ini merupakan yang pertama kalinya bagi pemimpin kedua negara dan menjadi momentum negosiasi untuk mengakhiri kebuntuan permasalahan nuklir yang telah terjadi puluhan tahun.

SEOUL, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo berharap pelucutan senjata di Korea Utara (Korut) bisa terjadi pada 2020 mendatang.

Pernyataan tersebut disampaikan Pompeo di Seoul, Korea Selatan (Korsel), pasca-pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Pemimpin Kim Jong Un Selasa (12/6/2018).

"Denuklirisasi besar kami harapkan bisa rampung dalam dua setengah tahun ke depan," tutur Pompeo dilansir AFP via Times of Israel Rabu (13/6/2018).

Baca juga: China Ingin Korea Utara Lakukan Denuklirisasi Total

2020 dilaporkan merupakan akhir dari masa jabatan Trump. Pompeo juga menekankan denuklirisasi itu haruslah menyeluruh dan transparan.

"Denuklirisasi itu tidak bisa dikatakan menyeluruh dan transparan jika dilakukan validasi maupun verifikasi," tuturnya.

Lebih lanjut, mantan Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) itu juga membela keputusan Trump untuk menghentikan latihan militer dengan Korsel.

Saat konferensi setelah pertemuan dengan Kim, menyebut latihan militer tahunan tersebut merupakan tindakan provokatif dan sangat mahal.

Kritik kemudian berhembus kencang kepada presiden 71 tahun itu, yang menuduhnya terlalu memberi banyak kelonggaran kepada Korut.

Belum lagi muncul kekhawatiran bahwa upaya Trump membangun hubungan dengan Korut bisa melemahkan aliansi AS dengan Korsel.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Jalan Panjang Menuju pertemuan Trump dan Kim


Pompeo beralasan, latihan perang berkode Foal Eagle dan Key Resolve itu bisa kembali diaktifkan jika negosiasi dengan Korut buntu.

"Untuk saat ini, Presiden telah menekankan latihan militer bisa mempengaruhi negosiasi positif yang tengah berjalan," ujar Pompeo.

Dia yakin sekembalinya ke Washington, para diplomat AS dan Korut bakal kembali bertemu untuk membahas soal poin lain yang tidak dibahas dalam pertemuan.

Sebelumnya, dalam pertemuan di Hotel Capella, Singapura, Kim dan Trump menandatangani deklarasi yang memuat empat poin penting.

Di antaranya AS dan Korut bakal membentuk hubungan baru, membangun perdamaian, denuklirisasi total, hingga menyelesaikan masalah tahanan perang.

Baca juga: IAEA Siap untuk Menginspeksi Proses Denuklirisasi Korea Utara


Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo