Bocah Penderita Tulang Rapuh Ingin Belajar di Pesantren Aa Gym 

Senin, 10 April 2017 | 10:06 WIB

Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana Muhammad Fahri Asidiq (11) dan ibunya Sri Astati Nursani (32)

BANDUNG, KOMPAS.com - Muhammad Fahri Asidiq (11), bocah penderita tulang rapuh atau osteogenesis imperfecta mengaku ingin sekali mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren Daarut Tauhid milik dai kondang, Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym. 

"Kepingin pesantren sama Aa Gym," kata Fahri kepada Kompas.com, Senin (10/4/2017).

Baca juga: Penyakit Tulang Rapuh Fahri Diduga Diturunkan dari Ibunya

Fahri menambahkan, dia sangat ingin menjadi dai seperti Aa Gym. Anak dari Sri Astati Nursani ini pun mengaku sebagai salah satu fans Aa Gym. 

"Iya, seneng sama Aa Gym. Sering dengerin ceramahnya Aa Gym," ucapnya.

Fahri akan bersabar demi mewujudkan cita-citanya itu. Pasalnya, dia harus menyelesaikan sekolahnya dulu hingga kelas 6 SD. 

"Abis kelas 6 saja. Jadi SMP-nya mau di pesantren," tandas Fahri diamini ibunya.

Fahri menderita penyakit tulang rapuh. Bahkan, setiap kali batu, sebagian tulangnya patah.

Kondisi tersebut membuat Fahri sempat depresi. Bahkan, dia sempat mengutarakan keinginannya untuk meninggal daripada tersiksa seperti ini.

"Kalau begini terus, aku ingin mati saja, Bu," kata Muhammad Fahri Asidiq kepada ibunya, Sri Astati Nursani (32).

Baca juga: Setiap Batuk, Tulangnya Patah, Bocah Ini Mengaku Ingin Mati Saja

Kata-kata tersebut diucapkan Fahri sambil menyobek foto-foto masa kecilnya saat masih bisa berjalan normal. Ucapan pilu anaknya tersebut membuat Sri sangat sedih.

Kalimat pesimistis itu terlontar dari mulut bocah yang tinggal di Jalan Cipadung RT 02 RW 04, Kelurahan Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Sebab, dia sudah merasa tak tahan dengan rasa sakitnya di tulang.

"Kalau Fahri batuk, tulangnya pasti ada patah atau geser," tutur Sri saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Kamis (6/4/2017).

Kompas TV Kelainan Tulang, Bocah Ini Punya Tulang Rapuh & Mudah Patah




Penulis : Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana
Editor : Farid Assifa