Musim Hujan, Produksi Garam Konsumsi Menurun

Sabtu, 4 Maret 2017 | 10:40 WIB

Thinkstockphotos Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur Kementerian Perindustrian Sudarto, mengatakan menurunnya produksi garam konsumsi beryodium saat ini diakibatkan oleh faktor curah hujan yang tinggi.

Menurut Sudarto, sentra garam di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah saat ini hanya memiliki cadangan garam untuk tiga bulan ke depan. Hal itu menyebabkan sentra garam tidak lagi mengirimkan garam ke industri di berbagai daerah.

Sebab, garam yang dihasilkan petani lokal akan diolah untuk ditingkatkan kualitasnya, kemudian dikemas untuk dipasarkan ke masyarakat.

"Kita harus mengamankan (pasokan) garam beryodium. Kemarin dengar rekomendasi (impor) sudah keluar. Paling cepat akan masuk satu bulan. Kita amankan (kebutuhan) untuk akhir April, Mei, dan Juni," ujarnya di Kemenperin, Jakarta.

Menurutnya, ketersediaan stok garam konsumsi lebih penting jika dibandingkan cabai maupun bawang. "Perlu antisipasi dengan segera impor bahan baku yang vital untuk konsumsi, untuk kesehatan juga," ujarnya.

Berdasarkan data Kemenperin, kebutuhan garam nasional saat ini mencapai 4,3 juta ton per tahun, terdiri dari garam untuk konsumsi dan industri.

Pada 2016, Indonesia mengimpor tiga juta ton garam. Angka tersebut lebih tinggi daripada volume impor pada tahun sebelumnya yang sebesar 2,1 juta ton.


Penulis : Pramdia Arhando Julianto
Editor : M Fajar Marta