Butet Kartaredjasa Cuma Mampir Tertawa

Jumat, 14 Juni 2013 | 07:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.COM -- "Urip kuwi mung mampir ngguyu (hidup itu cuma mampir tertawa)," kata seniman dan aktor Butet Kartaredjasa. Meski terkesan remeh, kalimat itu bermakna dalam. "Semeleh, menikmati semua yang ada. Hadapi dengan senyum, tawa," ujarnya.

Berlandaskan filosofi itulah, Butet mencipta sejumlah lakon melalui berbagai media. Lewat Teater Gandrik, Orkes Sinten Remen, monolog, hingga sketsa televisi Sentilan Sentilun, Butet dan kawan-kawan mengkritik beragam peristiwa politik dan sosial di Tanah Air dengan canda.

Kritik berbalut canda juga terasa dalam konser Orkes Sinten Remen pimpinan Djaduk Ferianto plus monolog Butet berjudul ”Om-Do” atau Omong Doang di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (11/6) malam. Menurut rencana, Om-Do akan diedarkan ke kampus-kampus. "Kami ingin mengajak orang untuk menertawakan diri sendiri. Mari menertawakan kesumpekan, namun tetap dengan kesadaran kritis. Kan pas menjelang pemilu legislatif yang makin kusut," ujarnya.

Bersama Agus Noor yang menggarap naskah dan Djaduk sang penata musik, tontonan drama dan monolog Butet terasa pas. "Kami sudah klop. Solid. Agus Noor bikin naskah, saya bagian improvisasi. Dengan Djaduk juga setelannya sudah pas," tuturnya. (IVV)


Penulis :
Editor : Ati Kamil