Kota Pariaman: Membenahi Kawasan Pantai

Kamis, 2 Juli 2015 | 15:00 WIB
KOMPAS/AMANDA PUTRI Suasana salah satu kawasan pantai di Kota Pariaman, Sumatera Barat, yang dikelola komunitas anak muda Orang Pariaman Creative beberapa waktu lalu. Pemerintah Kota Pariaman menggandeng komunitas warga untuk turut serta terlibat dalam pembangunan daerah.

Oleh Amanda Putri/ Ismail Zakaria

Kota Pariaman di Sumatera Barat hanya memiliki kawasan yang terbatas, yakni 73 kilometer persegi. Kota ini terbentang di sepanjang pantai sejauh 12,7 kilometer. Menyadari potensi itu, kota berpenduduk sekitar 100.000 jiwa yang baru berdiri sebagai daerah otonom pada 2 juli 2002 itu terus berbenah. Dalam dua tahun terakhir, hasilnya mulai tampak.

Kota ini mulai berbenah dengan mendandani potensi terbesarnya, yaitu kawasan pantai. Apalagi letak Kota Pariaman sangat strategis, hanya sekitar 25 kilometer dari Bandara Internasional Minangkabau. Beberapa pantai dibuat, dikelola, dan ditata.

Pantai-pantai untuk wisata di antaranya adalah Pantai Gandoriah yang lokasinya tepat di depan Stasiun Kereta Api Pariaman. Selain itu, ada Pantai Kata, Pantai Cermin, dan Pantai Belibis. Wisatawan juga dapat menikmati wisata ke Pulau Angso Duo, Pulau Kasiak, Pulau Tangah, Pulau Ujung, dan Pulau Gosong, dari pantai-pantai itu.

Salah satu pantai dikelola oleh anak muda Pariaman. Pemerintah Kota Pariaman juga bekerja sama dengan para ninik mamak (pemangku adat) dan kepala desa. Tanah ulayat kemudian diserahkan pengelolaannya kepada pemkot untuk wisata. Pemkot pun mengembalikan lagi hal itu kepada warga, dengan memercayakan kepada anak muda.

Mulai tahun 2013, setelah pemkot menyerahkan pengelolaannya, Edo Naskimento (31) dan beberapa temannya, memulai dengan membersihkan sampah di kawasan yang sebelumnya sangat kotor itu. Di tepi pantai, banyak bertebaran sampah plastik. Kawasan itu juga kerap digunakan anak muda untuk berpacaran di semak-semak.

Tiga pemuda yang kemudian menamakan diri mereka kelompok Orang Pariaman Creative (OPC) ini secara sukarela membersihkan sampah dengan memungutinya hampir setiap hari. Lama-kelamaan tempat itu menjadi jauh lebih bersih. Mereka menyediakan tempat sampah untuk orang membuang sampah. Mereka hanya memungut Rp 1.000 untuk biaya parkir. Biaya itulah yang digunakan untuk mengoperasikan tempat itu.

Lama-lama, tempat itu semakin baik. Mereka menyediakan bangku taman, ayunan, membuat taman, dan memasang beberapa titik foto dengan memberi pernak-pernik. Titik foto itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan anak muda saat ini yang sangat suka berfoto atau selfie. Di beberapa titik diberi kaleng yang dapat diisi uang minimal Rp 2.000 bagi mereka yang memanfaatkannya untuk foto.

Edo mengatakan, per hari ada 500-800 orang yang mengunjungi pantai itu. Mereka bisa mendapat uang Rp 150.000 per hari untuk biaya operasional. Orang senang karena, meski tidak begitu luas, pantai itu bersih dan tertata rapi.

"Meskipun sudah diberi tempat sampah, kami masih sering menemukan orang yang membuang sampah sembarangan. Kebiasaan ini yang sulit diubah meskipun kami terus mengingatkan, dan memunguti sampah di depan mata mereka," ujar Edo.

Menikmati masakan

Sekarang, anak-anak muda senang berkunjung ke tempat itu. Selain duduk-duduk saja di taman, atau berfoto, banyak juga yang memanfaatkan tempat itu untuk mengambil foto pre-wedding. Karena itu, OPC terus menambah set foto dengan berbagai tema dekorasi. Untuk pre-wedding, mereka mengenakan biaya Rp 250.000.

Dengan pendapatan itu, anak-anak muda yang sebelumnya menganggur kini mendapat penghasilan dari mengelola taman. Ditambah, mereka juga membuka warung minuman segar serta menjual kaus kepada pengunjung. Ke depan, mereka bermimpi dapat mendirikan resor di tempat itu jika ada investor yang berminat menanamkan modal.

Masih wisata pantai, orang dapat menikmati keindahan pantai sambil menikmati masakan padang di Pariaman. Indah (22), warga Jakarta yang ayahnya berasal dari Pariaman, mengatakan, banyak perubahan pesat terjadi di Pariaman setelah terakhir berkunjung lima tahun lalu.

"Sekarang pantainya bersih-bersih, jalan di desa juga bagus. Kelihatan sekali penataannya, sekarang jadi nyaman kalau jalan-jalan," ujar Indah.

Tak cukup menata pantai menjadi indah. Upaya penyelamatan lingkungan juga harus dilakukan. Upaya konservasi diwujudkan dengan mendirikan Unit Pengelola Teknis (UPT) Penangkaran Penyu Pariaman di Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara. Ada tiga jenis penyu yang ditangkarkan di tempat itu, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Konservasi penyu didirikan di lahan seluas 10 hektar sebagai upaya menghentikan kebiasaan warga mengonsumsi telur penyu. Telur penyu banyak diambil dan diperjualbelikan untuk dimakan karena dianggap dapat meningkatkan vitalitas.

Telur penyu

Pemerintah kota lalu menawarkan kepada warga untuk membeli telur penyu dengan harga tinggi, yaitu Rp 3.000 per butir. Warga yang menemukan telur-telur penyu di pantai diminta untuk menjualnya ke penangkaran penyu untuk ditetaskan.

Aksa Prawira, salah seorang petugas, menjelaskan, telur ditetaskan setelah 50-60 hari berada di lahan pasir buatan. Dari anak-anak penyu yang sudah ditetaskan itu, 70 persen di antaranya dilepaskan ke laut, dan sisanya untuk keperluan wisata.

Dengan demikian, tidak hanya menyelamatkan eksistensi penyu, penangkaran ini juga menjadi tempat wisata edukasi. Selain para peneliti dari beberapa negara yang datang, siswa dan wisatawan dari beberapa daerah juga mendatangi tempat ini.

Anak-anak penyu ditempatkan di bak-bak sesuai dengan kelompok usia mereka, mulai satu hari hingga satu minggu. Anak-anak penyu inilah yang nantinya dilepaskan ke laut oleh wisatawan yang datang.

Kawasan konservasi tidak hanya mencakup wilayah di darat, tetapi juga kawasan laut di sekitar Pulau Kasiah. Siapa pun tidak diperbolehkan menangkap penyu di kawasan itu. "Sudah ada peraturan daerah yang mengaturnya. Warga pun sudah mengetahui aturan itu," ujar Genius Umar, Wakil Wali Kota Pariaman.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juli 2015, di halaman 22 dengan judul "Membenahi Kawasan Pantai".

Comments: