Bantah "Main Uang" di Proyek Pulau Rempang, Menteri Bahlil: Kalau Ada, Saya Berhenti Jadi Menteri

Senin, 2 Oktober 2023 | 18:16 WIB

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia usai raker Komisi VI DPR RI membahas konflik Rempang, di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2023). KOMPAS.com/Fika Nurul Ulya Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia usai raker Komisi VI DPR RI membahas konflik Rempang, di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2023).

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengaku siap mundur dari kursi menteri bila terbukti bermain uang dalam proyek investasi Pulau Rempang.

Hal ini dikatakan Bahlil untuk menjawab permintaan klarifikasi dari anggota Komisi VI DPR RI, Nusron Wahid.

"Coba tunjukkan kepada saya siapa pengusaha yang bisa main-main ke saya. Kalau itu ada, saya berhenti hari ini. Kalau ada pengusaha yang bisa atur saya untuk main-main dalam konteks urusan uang katakanlah, tolong tunjukkan kepada saya. Saya akan berhenti di ruangan ini," kata Bahlil dalam rapat kerja Komisi VI DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2023).

Baca juga: Bahlil Ungkap Warga Rempang Bakal Relokasi Mandiri, Tak Mau Aparat Keamanan Ikut Campur

Awalnya, Nusron mengaku bahwa ia mendapat rumor bahwa ada oknum yang mengatasnamakan Bahlil untuk meminta dana sebesar 6-10 dollar AS per meter dari luas proyek Pulau Rempang yang mencapai 17.600 hektar.

Hal ini membuat investasi dari investor lain selain China, seolah dianaktirikan oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) yang notabene mengawal investasi di Pulau Rempang.

Nusron kemudian meminta Bahlil untuk menertibkan praktik tersebut agar tidak terjerat kasus hukum.

"Ini menjadi sensitif di mana-mana sehingga nanti orang jangan sampai salah menafsirkan, Rempang didahulukan, (karena) 17.600 hektar tanah adat, 6-10 dollar per meter dari 17.600 hektar, berapa itu bos? Yang lain sementara itu tidak diurus," kata Nusron.

Baca juga: Soal Konflik Rempang, Menteri Bahlil: Kami Akui, Jujur, di Awal Ada Kekeliruan...

Menanggapi hal itu, Bahlil menyatakan bahwa proyek di Pulau Rempang tidak dikhususkan dibanding investor dari negara lain seperti rumor yang telah berkembang.

Sebab, timnya sudah melakukan pertemuan dengan investor China di proyek Rempang Eco City selama berbulan-bulan lamanya. Tim kemudian merekomendasikan kepada Bahlil untuk memeriksa langsung perusahaan China tersebut.

Atas rekomendasi itu, Bahlil datang ke China. Ia mengungkapkan bahwa proyek di Rempang merupakan hilirisasi tahap kedua setelah nikel untuk pasir kuarsa dan pasir silika.

"Setelah saya ke sana, ketemu lah sama investor dan saya ketemu langsung perusahaannya. Saya lihat pabriknya dan saya yang meminta mereka untuk datang. Sekali lagi saya clear-kan, kami tidak pernah membeda-bedakan perusahaan. Itu Insya Allah lah, Pak Nusron sangat kenal saya," ujar Bahlil.

Baca juga: Menteri Bahlil: Warga Rempang Tak Tolak Investasi, Mereka Welcome

Lebih lanjut, Bahlil mengatakan, lahan seluas 10.280 hektar dari luas 17.500 hektar adalah kawasan hutan lindung.

Kemudian, sebanyak 7.572 sisanya adalah Hutan Produksi Konservasi yang digunakan PT MEG untuk investasi. Untuk tahap awal, pengembangan dilakukan pada lahan seluas 2.300 hektar dari dari 7.572 hektar tersebut.

Oleh karena itu, Bahlil mengaku tidak main-main atas proyek besar tersebut.

"Kalau kami dari menteri investasi, khususnya saya, kalau ada Pak Nusron dapatkan, kasih tahu saya yang main-main. Dan kalau itu betul kepada saya, saya akan mundur dari menteri," kata Bahlil.

"Kita orang lama miskin, enggak mungkin di saat sudah begini, masih saja main-main. Insya allah kita sama-sama istiqomah untuk menjalankan kebaikan yang terbaik untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat dan negara," ujarnya lagi.

Baca juga: Bahlil Sebut Banyak Pihak yang Ragukan Investasi China Rp 175 Triliun di Pulau Rempang


Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Novianti Setuningsih