Enggak Melulu Mentok di Dapur, Ini Alasan Perempuan Harus Berpendidikan Tinggi

Kamis, 21 April 2022 | 17:00 WIB

Direktur Public Affairs, Communications & Sustainability sekaligus Plt Direktur People & Culture Coca-Cola Europacific Partners ( CCEP) Indonesia Lucia Karina dalam wawancara ekslusif bersama Kompas.com, Kamis (21/4/2022). (Tangkapan layar)KOMPAS.com/ ELSA CATRIANA Direktur Public Affairs, Communications & Sustainability sekaligus Plt Direktur People & Culture Coca-Cola Europacific Partners ( CCEP) Indonesia Lucia Karina dalam wawancara ekslusif bersama Kompas.com, Kamis (21/4/2022). (Tangkapan layar)

JAKARTA, KOMPAS.com - Di zaman yang serba canggih ini, masih banyak yang berfikir dan memiliki persepsi bahwa perempuan tidak perlu memiliki pendidikan yang tinggi lantaran ujung-ujungnya akan berakhir di dapur.

Streotype "perempuan bakal berakhir dapur" inilah yang menjadi salah satu penyebab perempuan sulit mengembangkan skill yang dimiliki.

Baca juga: Apa Peran Perempuan dalam Mengembangkan Dunia Teknologi?

Direktur Public Affairs, Communications & Sustainability sekaligus Plt Direktur People & Culture Coca-Cola Europacific Partners ( CCEP) Indonesia Lucia Karina mengatakan, salah besar jika masih ada masyarakat yang memiliki mindset perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi.

Menurut dia perempuan perlu berpendidikan tinggi, bukan seakan-akan ingin menaik-rendahkan derajat antara kaum perempuan dengan laki-laki.

"Namun lebih dari itu ketika perempuan berpendidikan tinggi, akan berfungsi dalam mendidik anak-anaknya dan menjadi penyeimbang bagi suaminya untuk berdiskusi," ujar Lucia dalam wawancara ekslusif bersama Kompas.com, Kamis (21/4/2022).

Baca juga: Cerita Kartini Zaman Now Hayyu Luthfi Jadi Data Analyst Traveloka: Kini Bidang IT Bukan Hanya untuk Laki-laki...

Apalagi di tengah pandemi, yang notabenenya kegiatan belajar anak sekolah dilakukan di rumah, membuat kaum perempuan khususnya ibu, harus mengerti dan bisa mengajarkan anak tentang materi-materi pendidikan tersebut.

"Jadi enggak muluk-muluk ibu hanya mengajarkan tentang bumbu dapur. Kalau anak kurang paham dengan materi pelajarannya di situlah peran ibu untuk mengajari," jelasnya.

Selain itu, Karina mengatakan, ketika perempuan memiliki pendidikan tinggi, bisa menjadi penyeimbang saat berdiskusi dengan suami.

"Enggak sinkron aja gitu ketika suami ingin berdiskusi kita enggak paham apa yang didiskusikan. Hal ini pun bisa menjadi penyebab perselingkuhan terjadi lantaran istri tidak bisa menjadi tempat untuk sharing," katanya.

Baca juga: Perempuan Ini Buktikan Bidang Teknologi Tidak Hanya Bisa DIkuasai Laki-Laki

Lebih lanjut Karina menuturkan, ketika perempuan berpendidikan tinggi, bisa membuka peluang untuk berkarir sekalipun sudah berkeluarga.

Apalagi zaman sekarang, menurut Karina, ketika ekonomi keluarga hanya berpatokan pada penghasilan suami, sulit untuk mewujudkan finansial yang sehat. "Yah sekalipun nantinya karirnya tidak menjadi perempuan di kantor, ketika menikah bisa membuka usaha sendiri. Ilmu membuka usaha itu dia dapatkan dari pendidikan yang tadi," kata Karina.

"Jadi, sudah seharusnya streotype perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi toh ujung-unungnya ke dapur sebaikan di hapus, diubah mindsetnya," sambung Karina.


Penulis : Elsa Catriana
Editor : Aprillia Ika