Pengamat: Kalau Menyerang Aparat, KKB Akan Hitung-hitung dan Kalah, Makanya Menyerang Pekerja

Minggu, 6 Maret 2022 | 15:40 WIB

Tangkapan layar dari CCTV Tower B3 yang terletak di Distrik Beoga menunjukkan salah satu pekerja PT. PTT yang selamat tengah meminta pertolongan ke arah kamera setelah KKB menyerang mereka pada Rabu (2/3/2022) dini hari. Akibat kejadian tersebut, delapan pekerja tewas akibat luka tembak, Puncak, Papua Tangkapan layar dari CCTV Tower B3 yang terletak di Distrik Beoga menunjukkan salah satu pekerja PT. PTT yang selamat tengah meminta pertolongan ke arah kamera setelah KKB menyerang mereka pada Rabu (2/3/2022) dini hari. Akibat kejadian tersebut, delapan pekerja tewas akibat luka tembak, Puncak, Papua

KOMPAS.com - Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan, untuk menunjukkan eksistensi dan terornya, kelompok kriminal bersenjata (KKB) menyasar ke pekerja.

Seperti diketahui, delapan karyawan Palaparing Timur Telematika (PTT) tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, Rabu (2/3/2022).

Kata Stanislaus, kalau menyerang aparat mereka akan kalah.

"Kalau menyerang aparat, mereka (KKB) akan hitung-hitung dan akan kalah. Makanya, KKB menyerang pekerja dari luar sekaligus menunjukkan pesan bahwa orang luar jangan masuk ke daerah mereka," kata Stanislaus, saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Minggu (6/3/2022) siang.

Baca juga: KKB Bunuh 8 Pekerja di Papua, Pengamat: TNI-Polri Ada untuk Lindungi Masyarakat, Harus Tegas, Buru, dan Tangkap

Kata Stanislaus, KKB melakukan itu memang sengaja ingin eksis dan menujukkan keberadaannya.

"Yang jelas, KKB ingin menunjukkan teror, dan melakukan kekerasan, menakut-nakuti supaya pihak luar tidak masuk melakukan pembangunan karena ini yang mereka takutkan kalau misalnya pembangunan bisa masuk ke Papua, merata ke Papua, maka kepercayaan masyarakat kepada pemerintah akan semakin tinggi, dampaknya adalah mereka semakin tidak ada tempat di hati masyarakat," ujarnya.

Kata Stanislaus, aksi KKB menembak delapan pekerja di Puncak, Papua, Rabu lalu sudah terbilang kejahatan luar biasa.

Baca juga: KKB Tembaki 8 Pekerja Jaringan Telekomunikasi hingga Tewas di Puncak Papua


Buru dan tangkap pelaku

Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta dalam diskusi yang digelar Indonesian Public Institute (IPI) di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2019). KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta dalam diskusi yang digelar Indonesian Public Institute (IPI) di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2019).

Ia pun meminta TNI-Polri untuk memburu para pelakunya karena sudah melakukan kejahatan luar biasa dengan menggunakan senjata.

"Kejadian-kejadian mereka (KKB) menembaki orang pekerja bukan kali ini saja, dulu pernah di jembatan di Nduga, tower juga ada dibakar pada tahun 2021, ada dua tower yang dibakar," ujarnya.

Kata Stanislaus, TNI-Polri dipersenjatain untuk melindungi masyarakat dari ancaman-ancaman, apalagi ini ancaman dengan menggunakan senjata, makanya TNI-Polri dipersenjatai untuk melawan mereka.

Baca juga: Saat Ditembaki KKB hingga Tewas, 8 Pekerja Sedang Perbaiki Tower BTS di Distrik Beoga Papua

"Jadi tugas utama TNI-Polri di sana adalah untuk melindungi masyarakat termasuk melindungi pekerja yang sedang melakukan pembangunan. Jadi itu fungsinya TNI-Polri di sana, jadi harus tegas, diburu dan ditangkap," ungkapnya.

"Kalau berhasil ditangkap, mereka dituntut di pengadilan secara hukum seperti apa, dan harus diungkap siapa aktor-aktor di balik mereka, karena mereka memakai heat and run, menembak lalu mendikler mereka pelakunya menunjukkan eksitensinya lalu kabur lagi makanya seperti itu terus, harus ditangkap," sambungnya.

Stanislaus menyebut, apa yang dilakukan KKB sudah melawan pemerintah. Sebab, mereka tidak ingin adanya pembangunan.

"Pembangunan tidak boleh berhenti, kalau perlu dikawal secara khusus supaya pembangunan tetap berjalan, karena inikan kejar-kejaran, kalau tidak dilakukan pembangunan masyarakat tertinggal lalu menyalahkan pemerintah, tetapi ketika dilakukan pembangunan dihalang-halangi," ujarnya.

"Negara tidak boleh kalah di sini, negara harus hadir di Papua melindungi masyarakat memastikan pembangunan berjalan lancar, dan kalau ada kelompok-kelompok yang mengancam masyarakat itu harus ditindak tegas," lanjutnya.

Baca juga: Pelaku Penembakan 8 Pekerja di Beoga Terungkap, Polisi: Itu Kelompoknya Nau Waker


Selain itu, kata Stanislaus, pemerintah juga harus berdialog dengan masyarakat terkait pembangunan, jangan sampai nanti pembangunan ini masyarakat tidak tahu siapa yang bangun.

"Jadi dialog tetap dilakukan, tetapi perlindungan terhadap masyarakat, perlindungan terhadap pembangunan juga harus dilakukan," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, delapan pekerja jaringan telekomunikasi tewas ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, Rabu (2/3/2022).

Para korban ditembaki ketika sedang memperbaiki Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel yang lokasinya berada di ketinggian dan belum terdapat akses jalan darat.

"Akibat dari penyerangan tersebut, 8 orang karyawan PTT meninggal dunia, hal tersebut terlihat melalui rekaman CCTV Tower PTT bahwa salah seorang Karyawan PTT yang selamat berinisial NS dan meminta bantuan penyelamatan di Tower BTS 3," kata Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga, melalui keterangan tertulis, Kamis (3/3/2022).

Baca juga: 8 Pekerja Tewas akibat Ditembak KKB di Puncak Papua, Ini Penjelasan Pihak Perusahaan


Penulis : Candra Setia Budi
Editor : Candra Setia Budi