Luhut: Pasien Covid-19 dengan Komorbid Rata-rata Meninggal 5 Hari Sejak Masuk RS

Senin, 21 Februari 2022 | 18:38 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melantik 134 pejabat di lingkungan kerjanya, di Jakarta, Jumat (24/12/2021).Dokumentasi Humas Kemenko Marves Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melantik 134 pejabat di lingkungan kerjanya, di Jakarta, Jumat (24/12/2021).

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan menekan angka kematian akibat Covid-19 dengan memberikan respon perawatan yang lebih cepat kepada kelompok yang memiliki komorbid.

Ia menyebutkan, hingga hari ini, dari 2.484 pasien meninggal, sebanyak 73 persen di antaranya belum melakukan vaksinasi dosis lengkap, 53 persen lansia dan 46 persen memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

Baca juga: Inggris Hingga Singapura Longgarkan Kebijakan Covid-19, Luhut: Kita Tidak Perlu Latah Ikutan Negara Lain

"Pasien komorbid tersebut rata-rata meninggal 5 hari sejak masuk ke dalam rumah sakit, di mana komorbid terbanyak ialah diabetes melitus," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (21/2/2022).

Terkait hal itu, lanjut Luhut, dalam rapat terbatas Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta jajarannya untuk resiko kematian terhadap lansia, orang yang belum di vaksin, dan memiliki komorbid dapat di tekan semaksimal mungkin dengan penanganan yang baik.

Menurut Luhut, hal itu akan dilakukan dengan mendorong adanya interkoneksi data antara BPJS Kesehatan yang memiliki data komorbid dan data penambahan kasus di NAR Kementerian Keseharan (Kemenkes).

"Sehingga jika ada penambahan kasus langsung terdeteksi apakah orang tersebut komorbid atau tidak, dan respon tindakan bisa dilakukan secara cepat," kata Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu.

Baca juga: Luhut Minta Pemerintah Pusat dan Pemda Beli Produk Dalam Negeri dan UMKM

Meski demikian, Luhut memastikan perkembangan kasus Omicron di Indonesia masih terkendali.

Meskipun penambahan kasus sudah melebihi tren Delta, namun kondisi rawat inap dan kematian akibat Omicron jauh lebih rendah dibandingkan varian Delta beberapa waktu lalu.

Secara spesifik, pemerintah melihat Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Bali yang sudah memasuki tren penurunan kasus konfirmasi harian. Tren angka hospitalisasi juga terlihat menurun di DKI Jakarta dan Bali.

"Hingga hari ini jumlah keterisian rawat inap di rumah sakit seluruh provinsi Jawa Bali masih jauh di bawah keterisian varian Delta," ucap Luhut.

Baca juga: Menko Airlangga: Puncak Omicron Terjadi 2-3 Minggu ke Depan, Harus Diantisipasi

 


Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Akhdi Martin Pratama