Kasus DBD Melonjak di Bojonegoro, 2 Pasien Meninggal Dunia

Rabu, 19 Januari 2022 | 18:22 WIB

Kabid Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Bojonegoro, dr Whenny Dyah PrajantiKOMPAS.COM/HAMIM Kabid Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Bojonegoro, dr Whenny Dyah Prajanti

BOJONEGORO, KOMPAS.com - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meningkat tajam di awal tahun 2022 hingga mengakibatkan dua pasien meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, Whenny Dyah Prajanti mengatakan, dalam kurun waktu 1 - 19 Desember 2022 jumlah kasus DBD tercatat sebanyak 112 pasien.

Dua orang pasien di antaranya telah meninggal dunia akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menularkan virus dengue di Bojonegoro.

Baca juga: Bus Jurusan Bojonegoro-Surabaya Terguling, 1 Orang Tewas, 5 Penumpang Terluka

"Bulan Januari ini, tercatat ada dua kasus kematian pasien demam berdarah di Bojonegoro," kata Whenny kepada Kompas.com, Rabu (19/1/2022).

Menurutnya, peningkatan jumlah kasus pasien DBD di Kabupaten Bojonegoro sebetulnya sudah terjadi sejak pertengahan bulan Oktober 2021 seiring mulainya musim penghujan.

Pada musim penghujan akan menimbulkan banyak genangan air yang membuat tempat nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit DBD berkembang biak.

"Sejak akhir tahun lalu, kasus demam berdarah memang lumayan tinggi, angka kematiannya juga tinggi, tahun lalu yang meninggal sebanyak 5 orang," terangnya.

Whenny mengungkapkan, jumlah kasus DBD itu tersebar di beberapa kecamatan, dengan terbanyak di Kecamatan Kalitidu sebanyak 15 pasien dan Kecamatan Kota sebanyak 15 pasien.

Baca juga: Tembus Angka 111 di Awal Tahun, Kasus DBD di Manggarai Barat Tertinggi di NTT

Sedangkan dua kasus kematian pasien akibat DBD di Kabupaten Bojonegoro terdapat di Kecamatan Kedungadem dan Kecamatan Trucuk.

"Kedua pasien DBD yang meninggal itu masih usia anak-anak semua, karena memang anak-anak rentan terserang DBD," ungkapnya.

Pihaknya telah melakukan berbagai upaya pencegahan agar kasus DBD tidak semakin meluas dengan membentuk gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta penyuluhan kepada masyarakat.

Tindakan pemberantasan sarang nyamuk tersebut dilakukan dengan membentuk juru pemantau jentik (Jumantik) nyamuk di setiap keluarga

"Tujuan untuk memberantas sarang jentik nyamuk di masing-masing rumahnya," jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga melakukan fogging atau pengasapan terhadap daerah yang terindikasi adanya DD (demam dengue), tiga kasus demam tanpa sebab, dan pada rumah yang ditemukan jentik lebih dari 5 persen.

"Tapi, masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan fogging saja, karena fogging tidak bisa membunuh telur dan jentiknya, harus disertai pemberantasan sarang nyamuk," ujarnya.

Baca juga: 8 Warga Surabaya Terjangkit DBD, Wali Kota Optimalkan Peran Kader Kesehatan

Dia berharap, masyarakat memiliki kesadaran untuk selalu membersihkan lingkungan dan terutama tempat yang rawan dijadikan sarang bagi nyamuk untuk bertelur.

"Masyarakat harus tetap melakukan gerakan PSN dan semoga kasus DBD ini bisa ada penurunan dan segera hilang," harapnya.


Penulis : Kontributor Tuban, Hamim
Editor : Priska Sari Pratiwi