Kapan Penerbangan Kembali Normal?

Senin, 13 Juli 2020 | 06:07 WIB

Ilustrasi disinfeksi di pesawat pada masa pandemi virus coronaShutterstock Ilustrasi disinfeksi di pesawat pada masa pandemi virus corona

BADAI Covid-19 yang melanda dengan dahsyat membuat dunia penerbangan di seluruh permukaan bumi ini “ambyar”. Corona Virus Covid 19 yang penularannya melalui droplet antar manusia dengan manusia telah menyebabkan risiko tinggi bagi para air traveller, mereka yang bepergian menggunakan moda transportasi udara.

Itu sebabnya maka terjadi penurunan yang drastis dari penumpang pesawat terbang. Tidak hanya penurunan drastis dari para penumpang untuk rute domestik, akan tetapi juga penumpang rute internasional. Lockdown yang dilakukan beberapa negara sebagai langkah pencegahan penyebaran virus secara otomatis menghentikan rute penerbangan antar bangsa.

Sementara itu protokol kesehatan yang mengharuskan pemakaian masker, jaga jarak dan sering cuci tangan serta persyaratan dokumen administrasi “bebas covid19” menambah lagi turunnya minat orang bepergian menggunakan moda angkutan udara.

Maskapai penerbangan di seluruh dunia, seolah mendapat aba-aba yang serentak, telah melakukan setidaknya beberapa hal yang sama sebagai berikut. Pemangkasan biaya di segala lini yang antara lain berwujud PHK bagi para pekerja termasuk pilot dan kru lainnya. Memohon bantuan dana talangan dari pemerintah, dan meng-grounded alias memarkir sejumlah besar armada pesawatnya.

Baca juga: Imbas Corona, Sejumlah Maskapai Parkir Pesawat di Gurun, Buat Apa?

Masalah yang dihadapi bersama oleh seluruh maskapai penerbangan adalah lebih banyak pelanggan yang membatalkan penerbangan dari pada para pelanggan yang datang memesan tiket untuk terbang. Kekhawatiran orang akan tertular covid-19 dalam penerbangan dan lebih-lebih lagi dengan beberapa tambahan regulasi penerbangan terkait dengan protokol kesehatan telah serta merta membunuh selera orang untuk terbang.

Covid-19 telah benar-benar menghantam dunia penerbangan yang rentetannya sampai berdampak kepada pabrik pesawat terbang dalam penjadwalan alur production line sebagai akibat banyaknya pembatalan dan atau penundaan pesawat terbang baru dari maskapai penerbangan.

Covid –19 telah membuat industri penerbangan mengalami apa yang dikenal sebagai global shock.

Dibandingkan dengan apa yang terjadi pasca tragedi 911 di tahun 2001 dan juga wabah SARS, berbagai data menunjukkan pemulihan kembali ke normal dalam dunia penerbangan membutuhkan waktu 1 hingga 1 setengah tahun. Dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 ternyata jauh lebih besar dari 911 dan SARS.

Dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 dapat dikatakan melanda ke seluruh penjuru dunia. Inilah yang membedakannya dengan 911 dan SARS.

Besarnya korban yang berjatuhan di banyak negara telah membuat ketakutan yang luar biasa bagi orang-orang yang biasa bepergian menggunakan transportasi udara. Bagi yang terpaksa atau harus melakukan perjalanan pun, merasakan ketidak-nyamanan dalam perjalanannya.

Bayangkan bila harus antre 3 hingga 4 jam di bandara sebelum berangkat dan setibanya di tempat tujuan harus pula menjalani pemerikasaan panjang dari prosedur adminstrasi tambahan dan bahkan karantina untuk kasus tertentu. Siapa yang mau bepergian?

Baca juga: Luhut: New Normal di Sektor Penerbangan Akan Segera Diaplikasikan

Kesemua itu menurunkan dengan drastis minat bepergian menggunakan pesawat terbang. Dibutuhkan sebuah program khusus nantinya yang berupa restoration of confidence bagi para calon penumpang pesawat terbang. Program untuk mengembalikan kepercayaan agar orang kembali mau menggunakan transportasi udara.

Dari banyak kajian yang dilakukan oleh para ahli dan pengamat penerbangan, maka pemulihan kembali sistem transportasi udara akan membutuhkan waktu 3 sampai dengan 5 tahun.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) yang markas besarnya di Montreal Kanada dengan Executive Office di Jenewa Swiss, sangat optimistis bahwa pada tahun 2023 Global Air Transportation System sudah akan menjadi normal kembali.

Sementara itu beberapa pihak lainnya seperti Lembaga S&P Global Rating untuk Financial Research & Analysis yang bermarkas besar di New York memprediksi tahun 2023 belum akan bisa pulih dan akan butuh waktu paling tidak 1 atau 2 tahun lagi untuk bisa kembali normal.

Demikianlah, setidaknya ramalan-ramalan yang muncul dari banyak kajian tentang berapa lama penerbangan akan kembali ke normal ternyata berkisar antara 3 hingga 5 tahun.

Mudah-mudahan Covid-19 akan dapat segera diatasi dan penerbangan akan dapat pulih kembali ke normal mode.

Selamat terbang dan bepergian lagi di tahun 2025!

 


Penulis : Chappy Hakim
Editor : Erlangga Djumena