Situs Purbakala di Tol Pandaan-Malang Dinilai Punya Potensi Arkeologis Tinggi

Selasa, 16 April 2019 | 10:22 WIB

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy didampingi Kepala BPCB Jawa Timur, Andi Muhamad Said saat mengunjungi temuan situs purbakala di lokasi proyek Tol Pandaan-Malang, Jumat (5/4/2019)KOMPAS.com / ANDI HARTIK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy didampingi Kepala BPCB Jawa Timur, Andi Muhamad Said saat mengunjungi temuan situs purbakala di lokasi proyek Tol Pandaan-Malang, Jumat (5/4/2019)

MALANG, KOMPAS.com - Meski sudah rusak, temuan situs purbakala di lokasi proyek Tol Pandaan-Malang dinilai memiliki arti penting secara arkeologis dan konstruksi sejarah di Malang.

Sebab, temuan situs itu berupa batu bata. Hal ini berbeda dengan peninggalan purbakala lainnya yang terdiri dari batu andesit.

Hal itu disampaikan Ketua Tim Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta Hery Priswanto saat diwawancara di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Senin (15/4/2019).

"Bahan bata di Malang tidak banyak. Sebagian besar candi di Malang berasal dari andesit. Di Sekaran (lokasi temuan situs) dekat dengan batu andesit, kenapa enggak pakai andesit. Kok pakai batu bata," kata Hery. 

Baca juga: Hindari Temuan Situs Purbakala, Tol Pandaan-Malang Digeser 17 Meter

Selain itu, arti penting temuan situs yang diduga bekas bangunan suci itu juga karena berada di tepi Sungai Amprong.

Dikatakannya, Sungai Amprong yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Brantas menjadi sumber penghidupan penduduk terdahulu.

Diperkirakan, di sepanjang aliran sungai itu banyak dihuni oleh masyarakat masa lampau.

"Sungai Amprong ini salah satu lanskap arkeologi untuk menjadi hunian masa lampau. Amprong dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan dan sarana transformasi. Sungai Amprong yang nanti akan menjadi bagian dari Brantas tidak kecil peranannya terhadap keberadaan situs di sekitarnya," jelasnya.

Baca juga: Situs Purbakala di Tol Pandaan - Malang Rusak, Tim Arkeolog Kesulitan Lacak Bentuk Aslinya

Karena itu, pihaknya merekomendasikan supaya dilakukan penelitian yang lebih intensif terhadap temuan situs purbakala di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang itu.

Apalagi, situs yang diduga bekas bangunan peribadatan itu merupakan bagian integral dari permukiman warga terdahulu.

"Situs itu tipikalnya bangunan suci. Secara mikro bangunan suci. Tapi kalau berbicara makro situs itu tidak berdiri sendiri dan merupakan bagian dari permukiman karena ada temuan koin dan fragmen gerabah," terangnya.

Pihaknya juga merekomendasikan supaya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan pemugaran terhadap situs itu. Sedangkan pihak PT Jasamarga Pandaan Malang selaku pemilik lahan diminta untuk memberikan perlindungan.

Baca juga: Mendikbud Alokasikan Dana Teliti Temuan Situs Purbakala di Tol Pandaan-Malang

Hery meminta, setiap pihak yang berkunjung ke situs itu untuk melepas alas kakinya. Hal itu untuk menghindari kerusakan area situs. Pengunjung juga diminta untuk tidak merokok di area situs.

"Karena situs sudah rusak, jangan ditambah rusak. Jika ditambah rusak, potensi arkeologi, potensi sejarah akademis akan hilang," katanya.

Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian di situs itu selama empat hari. Penelitian itu dilakukan setelah BPCB Jawa Timur membuka temuan situs itu dengan cara ekskavasi.

Situs itu berada di lokasi proyek pembangunan Tol Pandaan-Malang seksi 5 kilometer ke-37 Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Baca juga: Injak Temuan Situs Purbakala di Tol Pandaan-Malang, Kunjungan Plt Bupati Malang Menuai Kritik


Penulis : Kontributor Malang, Andi Hartik
Editor : Aprillia Ika