Turki Beli S-400 dari Rusia, AS Tunda Pengiriman dan Kerja Sama Terkait F-35

Selasa, 2 April 2019 | 06:34 WIB

Deretan jet tempur F-35A buatan AS yang terparkir di pangkalan udara Hill Air, Utah.AFP / GEORGE FREY / GETTY IMAGES NORTH AMERICA Deretan jet tempur F-35A buatan AS yang terparkir di pangkalan udara Hill Air, Utah.

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintah AS menangguhkan semua pengiriman dan kerja sama dengan Turki terkait dengan program jet tempur F-35.

Pasalnya, sekutu NATO itu berupaya untuk melakukan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia, yang dianggap tidak sesuai dengan bagian yang tersisa dari program pesawat perang AS.

"Sampai mereka menghentikan pengiriman S-400, AS telag menangguhkan pengiriman dan kegiatan terkat dengan peningkatan kemampuan operasional F-35 Turki," kata juru bicara Pentagon, Charles E Summers Jr, Senin (1/4/2019).

Melansir dari kantor berita AFP, pejabat di AS mengkritik sikap Turki yang berada di kedua kubu.

Baca juga: AS Bisa Produksi Jet Tempur F-35 Tanpa Bantuan Turki

Dengan begitu, Rusia dapat memperoleh data F-35 untuk meningkatkan akurasi S-400 terhadap pesawat Barat.

Kementerian Pertahanan AS alias Pentagon mengaku mulai melihat sumber sekunder untuk memproduksi suku cadang untuk F-35 yang sedang dikembangkan Turki.

"Kami sangat menyesalkan situasi saat ini terkait kemitraan F-35 dengan Turki, tapi kami mengambil langkah bijak untuk melindungi investasi bersama dalam teknologi kritis kami," ujar Summers.

Seperti diketahui, Turki berencana untuk membeli 100 jet tempur F-35A, dengan pilot yang sudah berlatih di AS.

Pabrikan pesawat tersebut, Lockheed Martin, menyatakan kontrak dengan perusahaan Turki untuk membangun suku cadang F-35 diperkirakan mencapai 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 170,9 miliar.

Di antara 8 perusahaan Turki yang terlibat dalam pembelian tersebut ada Ayesas, yang membangun tampilan kokpit panorama untuk F-35.

Selain itu ada Fokker Elmo yang menghasilkan 40 persen dari kabel listrik dan sistem interkoneksi.

Pengumuman Pentagon itu muncul selang dua hari sebelum para menterli luar negeri dari 29 anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berkumpul di Washington DC untuk meryakan peringatan 70 tahun aliansi tersebut.

Pada pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pergi ke Turki, di mana Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu bersikeras untuk melanjutkan pembelian S-400.

"Kami memiliki perjanjian dengan Rusia dan kami terikat olehnya," katanya.

Hubungan Turki dengan AS semakin runcing ketika Presiden Donald Trump memberlakukan tarif impor sehingga menjatuhkan nilai tukar lira.

Semua itu berawal atas tindakan Turki memenjarakan pendeta Andrew Brunson, yang dituding terlibat dalam upaya kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Brunson dibebaskan dan Trump tampak semakin menyukai Erdogan. Tapi ketegangan dengan cepat muncul kembali.

Baca juga: AS Ancam Tak Akan Jual F-35 dan Sistem Rudal Patriot ke Turki Jika..

AS khawatir Erdogan akan menyerang pejuang Kurdi di Suriah , sementara pengadilan Turki juga mengadili staf konsulat AS Metin Topuz dengan tuduhan mata-mata.

Topuz dituduh memiliki hubungan dengan Fethullah Gulen, seorang ulama yang tinggal di pengasingan di AS.

Erdogan telah berulang kali menuntut agar AS mengekstradisi Gulen, yang dituding sebagai penyebab kudeta.


Penulis : Veronika Yasinta
Editor : Veronika Yasinta