Mengapa Selandia Baru Menjadi Target Serangan Teror?

Sabtu, 16 Maret 2019 | 16:21 WIB

Sejumlah warga menyalakan 49 batang lilin di luar gedung rumah sakit di Christchurch, Selandia Baru, Sabtu (16/3/2019) untuk mengenang korban tewas dalam serangan teror terhadap dua masjid di kota itu. AFP/ANTHONY WALLACE Sejumlah warga menyalakan 49 batang lilin di luar gedung rumah sakit di Christchurch, Selandia Baru, Sabtu (16/3/2019) untuk mengenang korban tewas dalam serangan teror terhadap dua masjid di kota itu.

KOMPAS.com - Mengapa seorang warga Australia pergi ke Selandia Baru hanya untuk melakukan serangan teror?

Ini adalah pertanyaan utama saat identitas Brenton Tarrant, sang teroris penembak dua masjid di Christchurch, diungkap.

Sebelum melakukan aksi brutalnya, pria asal New South Wales itu mengunggah manifestonya ke internet.

Baca juga: Jika Tak Ditangkap, Teroris Penembak Masjid Selandia Baru Bakal Terus Melanjutkan Aksinya

Menurut kantor berita Reuters, dalam manifesto itu Tarrat awalnya tidak memilih Selandia Baru sebagai sasaran.

Namnun, serangan terhadap Selandia Baru akan menunjukkan bahwa tidak ada tempat di mana pun di dunia ini yang aman.

Serangan terhadap Muslim di Selandia Baru menunjukkan jangkauan glonal gerakan supremasi kulit putih yang menginginkan Eropa yang ideal.

Gerakan ini menolak gelombang imigrasi dan kerap menyebarkan ancaman melalui internet.

Siapa Brenton Tarrant?

Setelah menyelesaikan sekolah,  Tarrant bekerja sebagai pelatih kebugaran di Big River Gym di kota Grafton, New South Wales, Australia pada 2009-2011.

Pada 2011, Tarrant keluar dari pekerjaanya dan bepergian ke Asia dan Eropa.

Tarrant mengatakan, dia pernah bekerja sebentar sebelum menghasilkan uang dari Bitconnect, uang kripto seperti Bitcoin, lalu menggunakan uangnya untuk jalan-jalan.

Dalam perjalanannya, Tarrant berkunjung ke Eropa, Asia Tenggara, dan Asia Timur.

Dia bahkan sempat berkunjung ke Korea Utara, di mana dia berfoto bersama kelompok wisata di Monumen Samjiyon.

Tarrant kemudian tinggal di kota Dunedin, 350 kilometer dari Christchurch, sejak 2017.

Para tetangga menggambarkan Tarrant sebagai sosok pendiam tetapi gemar bercerita soal perjalanannya.

Tarrant juga dikonfirmasi sebagai anggota klub menembak Bruce Rifle Club di kota Milburn.

Wakil presiden klub Scott Williams mengatakan, Tarrant menggunakan senapan semi-otomatis AR-15 dan senapan berburu saat berlatih di klub itu.

Dalam melakukan aksi kejinya Tarrant menggunakan lima pucuk senjata. Dua senjata semiotomatis dan dua shotgun.

Tarrant, seperti diakui PM Jacinda Ardern, adalah pemilik sah lisensi kepemilikan senjata api.

"Saya mendapat informasi dia mendapatkan lisensinya pada November 2017," ujar PM Ardern.

Pria yang memproklamirkan diri sebagai rasialis itu menyerang dua masjid di Selandia Baru tepat saat ibadah shalat Jumat berlangsung.

Baca juga: Dengar Kabar Anak Jadi Korban Penembakan di Selandia Baru, Orangtua Syok

Dia membunuh 49 orang dengan menggunakan senjata yang dilapisi grafiti supremasi kulit putih sambil mendengarkan lagu yang memuji penjahat perang Serbia, Radivan Karadzic.

Seluruh rincian ini menegaskan adanya sebuah keyakinan keliru yang menjadi motivasi pembantaian paling berdarah di Selandia Baru itu.

 


Penulis : Ervan Hardoko
Editor : Ervan Hardoko