Peluang Kesuksesan Startup Hanya 5 Persen, Apa Sebabnya?

Senin, 3 Desember 2018 | 17:55 WIB

Ilustrasi startupThinkstockphotos.com Ilustrasi startup



JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Suharso Monoarfa menganggap bisnis perusahaan rintisan alias startup termasuk bidang yang tinggi risiko.

Selain butuh biaya banyak untuk membangunnya, belum tentu perusahaan itu bisa tumbuh dan berkembang. Ia mengatakan, hanya sebagian kecil di antaranya yang bisa sukses dan menjadi unicorn.

"Hanya 5 persen peluang dari semua startup yang sukses. Dari 5 persen itu, hanya 25 persennya yang menghasilkan uang," ujar Suharso saat menjadi pembicara pada acara Go Startup Indonesia di Jakarta, Senin (3/12/2018).

Dengan demikian, hanya 1,25 persen startup yang berpeluang sukses dan menghasilkan di dunia. Suharso mengatakan, permasalahan yang ditemui adalah kebanyakan startup tak punya ide segar yang ditawarkan sehingga tak mampu bersaing dengan pesaingnya.

Baca juga: Buka-bukaan, Investor Bagi 3 Tips Agar Startup Raih Pendanaan

"Saya boleh katakan lebih banyak follower, tapi bukan inisator," ujar Suharso.

Kebanyakan startup yang ada saat ini ada di sektor pelayanan jasa, di mana mendekatkan pelanggan dengan produsen. Hal tersebut memang baik, namun beberapa dari mereka akan tumbang dengan sendirinya akibat persaingan di sektor yang sama.

Oleh karena itu, Suharso menilai inovator di Indonesia sangat langka di tengah menjamurnya startup.

Jika tak ada perubahan, maka startup di Indonesia tak bisa bersaing di tingkat mancanegara. Apalagi pemerintah mendorong agar Indonesia masuk ke era revolusi industri 4.0.

Baca juga: Jokowi Dorong Startup Lain Susul Empat Unicorn di Indonesia

Pada kenyataannya, Indonesia masih tertinggal di bawah Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

"Kuncinya inovasi. Kalau cuma startup saja kita jadi follower dan sudah terlalu banyak. Saya selalu tekankan kita harus punya ide orisinil, jadi bukan end user," kata Suharso.


Penulis : Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan