Ketika Ribuan Pengusaha Terdiam Saat Ditantang Bawa Pulang Devisa Ekspor di Depan Sri Mulyani

Jumat, 14 September 2018 | 16:11 WIB

Suasana Seminar Nasional Peran Serta Dunia Usaha dalam Membangun Sistem Perpajakan dan Moneter yang Adil, Transparan, dan Akuntabel di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jumat (14/9/2018). Seminar ini digelar oleh Apindo bersama Kadin Indonesia dan dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Suasana Seminar Nasional Peran Serta Dunia Usaha dalam Membangun Sistem Perpajakan dan Moneter yang Adil, Transparan, dan Akuntabel di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jumat (14/9/2018). Seminar ini digelar oleh Apindo bersama Kadin Indonesia dan dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 1.200-an pengusaha dalam Seminar Nasional Peran Serta Dunia Usaha Membangun Sistem Perpajakan dan Moneter yang Adil, Transparan, dan Akuntabel, ditantang mengenai komitmennya dalam menjaga nilai tukar rupiah.

Tantangan itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, disaksikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang hadir dalam acara tersebut.

"Mengenai pelemahan rupiah, kami ingin tanya ke Bapak Ibu sekalian, apakah kalau diminta DHE (Devisa Hasil Ekspor) akan kembali full atau tidak? Komitmen kita menjaga rupiah, kita akan dukung rupiah atau mengambang saja?" tanya Hariyadi di lokasi acara, Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jumat (14/9/2018) sore.

Ketika ditanya hal tersebut, ribuan pengusaha di sana awalnya terdiam semua. Respons baru diberikan ketika Hariyadi kembali menanyakan ulang bagaimana komitmen dari para pengusaha membawa pulang devisa hasil ekspor mereka untuk stabilitasi nilai tukar rupiah.

Baca juga: Gubernur BI Apresiasi Pengusaha yang Tukarkan Devisa Hasil Ekspor ke Rupiah

"Kok malu-malu, nih. Kayaknya dukung (bawa pulang DHE) tuh, Bu. Insya Allah kita akan sama-sama jaga rupiah," tutur Hariyadi.

Imbauan membawa pulang DHE awalnya disampaikan oleh Bank Indonesia. DHE diupayakan kembali ke Indonesia untuk menjaga ketahanan devisa yang terus tergerus sejak awal tahun dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pembayaran utang luar negeri.

Sebelumnya BI juga telah menyesuaikan biaya swap valas untuk mendorong para eksportir lebih tertarik membawa pulang hasil devisanya ke dalam negeri. Dalam hal ini, pemerintah turut berperan dengan komunikasi ke pelaku usaha termasuk eksportir agar rencana tersebut dapat berjalan lancar.

Adapun swap merupakan transaksi pertukaran dua valas melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka. Swap bermanfaat untuk mendapat kepastian kurs karena kurs yang dipakai bersifat tetap selama masa kontrak.


Penulis : Andri Donnal Putera
Editor : Erlangga Djumena