Denuklirisasi Korea Utara Bakal Memakan Waktu 10 Tahun

Selasa, 29 Mei 2018 | 15:55 WIB

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.AFP Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.

 

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Setiap kesepakatan denuklirisasi yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut), dibutuhkan waktu 10 tahun untuk implementasinya.

Pernyataan tersebut dilontarkan tiga pakar yang sebelumnya ke Korut untuk melihat langsung lokasi fasilitas nuklir mereka.

Yakni ilmuwan nuklir ternama Siegfried Hecker, Robert Carlin, pakar nuklir yang pernah bekerja di CIA dan Kementerian Luar Negeri AS, serta asisten Hecker, Elliot Serbin.

Baca juga: Jelang Pertemuan Trump-Kim Jong Un, Delegasi AS Bertemu Pejabat Korea Utara

Kunjungan dan pengamatan tersebut kemudian dirilis oleh Universitas Stanford, seperti diberitakan oleh CNN Senin (28/5/2018).

Tiga pakar itu mengidentifikasi 22 aktivitas atau program spesifik Korut. Antara lain persediaan senjata nuklir, rudal balistik, hingga fasilitas pemrosesan nuklir.

"Menangguhkan program itu bisa dilakukan kurang dari setahun. Namun, mengeliminasinya butuh 6-10 tahun," kata Hecker.

Malah, seperti diwartakan New York Times, proses denuklirisasi tersebut bisa berlangsung lebih lama lagi. Hingga 15 tahun.

Lama proses penghilangan nuklir Korut itu tergantung kerumitan perundingan, dan usaha untuk membangun kepercayaan di antara kedua negara.

"Jaminan itu tidak semata bisa didapat dengan janji AS, atau kesepakatan hitam di atas putih. Dibutuhkan aksi konkret dua negara," tegas Siegfried.

Dalam tiga pekan ke depan, AS dan Korut menggelar dialog untuk memastikan pertemuan Presiden AS Donald dan Pemimpin Korut Kim Jong Un terlaksana pada 12 Juni di Singapura.

Dialog persiapan dengan Korut berlangsung di kawasan demiliterisasi Panmunjom, Korea Selatan (Korsel), dan Singapura.

Mantan penasihat keamanan nasional Korsel, Chun Yung Woo, menyatakan tujuan dari pertemuan awal itu adalah menciptakan atmosfer yang positif bagi Korut.

"Jadi, Korut tidak akan mempunyai keinginan untuk mengembangkan senjata nuklirnya setelah AS mencabut serangkaian sanksi," kata Chun.

Baca juga: Korea Utara Masih Buka Pintu Diplomasi dengan AS


Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo