Erupsi Gunung Agung, Pertamina Siapkan Skenario Pasokan BBM

Selasa, 5 Desember 2017 | 15:53 WIB

Erupsi Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, 26 November 2017. Gunung Agung terus menyemburkan asap dan abu vulkanik dengan ketinggian yang terus meningkat, mencapai ketinggian 3.000 meter dari puncak. Letusan juga disertai dentuman yang terdengar sampai radius 12 kilometer.AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA Erupsi Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, 26 November 2017. Gunung Agung terus menyemburkan asap dan abu vulkanik dengan ketinggian yang terus meningkat, mencapai ketinggian 3.000 meter dari puncak. Letusan juga disertai dentuman yang terdengar sampai radius 12 kilometer.

KLUNGKUNG, KOMPAS.com - PT Pertamina menyiapkan skenario menghadapi kemungkinan terburuk bila terjadi letusan besar Gunung Agung. Skenario distribusi bahan bakar telah dibahas pihak Pertamina bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Demikian disampaikan Marketing brand Manager Pertamina Bali - NTB I Ketut Permadi Arya Kuumara saat menyerahkan bantuan kepada pengungsi Gunung Agung di GOR Swecapura, Klungkung, Bali pada Selasa (5/12/2017).

"Untuk penuhi kebutuhan aman, kita sudah siapkan skenario jika memang katakanlah kondisi memburuk," kata Permadi.

Kondisi memburuk dimaksud misalnya akses jalan terputus. Salah satu Depo yang berada di Karangasem adalah Depo manggis. Jika akses jalan putus maka distribusi bahan bakar akan dipusatkan di Depo Psanggaran, Denpasar.

Baca juga: Indonesia Beri Perpanjangan Visa untuk Wisatawan Asing di Bali

Selain itu Pertamina juga menyiapkan skenario mensupport keperluan bahan bakar untuk Bali dari depo Tanjungani, Banyuwangi, Jawa Timur. Bahan bakar dari Banyuwangi nantinya didistribusikan melalui jalur lalut. Kemudian melayani SPBU di wilayah Bali Barat, sebagian Buleleng sampai Tabanan.

"Sejauh ini aman, mudah-mudahan tidak seburuk yang kita bayangkan," kata Permadi.

Dia menyebutkan, memang ada penurunan konsumsi bahan bakar setelah krisis Gunung Agung. Meski secara statistik belum menunjukan angka yang signifikan.

Menurut dia, dalam kondisi normal konsumsi bahan bakar minyak di Bali sebanyak 3.000 kilo liter sedangkan gas 650 metrik ton.


Penulis : Kontributor Bali, Robinson Gamar
Editor : Erlangga Djumena