Kuartal III, Usaha Pertamina di Bidang Energi Terbarukan Bertumbuh

Jumat, 3 November 2017 | 09:35 WIB

Sejumlah petugas Pertamina melakukan pemeriksaan pengerjaan proyek Pambangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), di Rumah Sakit Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, Senin (17/7/2017). PT. Pertamina mengembangkan PLTS, di lingkungan Kilang Pertamina RU IV Cilacap, sebagai pilot project Energi Baru Terbarukan (EBT), dengan kapasitas 1 MW, yang terkoneksi langsung dengan jaringan listrik PLN dan mampu mengurangi emisi gas CO2 sebesar 7.430 kg per hari. ANTARA FOTO/IDHAD ZAKARIA Sejumlah petugas Pertamina melakukan pemeriksaan pengerjaan proyek Pambangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), di Rumah Sakit Pertamina Cilacap, Jawa Tengah, Senin (17/7/2017). PT. Pertamina mengembangkan PLTS, di lingkungan Kilang Pertamina RU IV Cilacap, sebagai pilot project Energi Baru Terbarukan (EBT), dengan kapasitas 1 MW, yang terkoneksi langsung dengan jaringan listrik PLN dan mampu mengurangi emisi gas CO2 sebesar 7.430 kg per hari.

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik menurutkan bisnis PT Pertamina di bidang energi terbarukan (Renewable Energy) terus bertumbuh hingga kuartal III 2017.

Hal itu dikatakan Elia Massa dalam konfrensi pers kinerja Pertamina, Kamis (2/11/2017).

Pertama dari kinerja unit panas bumi (geothermal) Pertamina. Elia Massa menilai kinerja unit panas bumi Pertamina mengalami pertumbuhan cukup signifikan yakni 31 persen dari 2.233 Giga Watt Hour (GWh) pada sembilan bulan pertama 2016 menjadi 2.932 pada periode sama tahun 2017.

Menurut Elia Massa, peningkatan produksi geothermal Pertamina menunjukkan komitmen tinggi perusahaan terhadap pengembangan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

(Baca: Pertamina: Per Kuartal III 2017 Penyaluran Elpiji 3 Kilogram Melonjak)

Peningkatan tersebut juga mendorong peningkatan rasio elektrifikasi dari panas bumi dengan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tanaga panas Bumi yang saat ini mencapai 587 MW.

Kedua di bidang kelistrikan. Pertamina mengklaim telah mengembangkan beberapa Inisiatif energi baru dan terbarukan.

Misal, membangun proyek PLTS di di wilayah kerja Pertamina, membuat anak perusahaan, dan kerja sama B to B bersama perusahaan lain untuk energi baru dan terbarukan dengan kapasitas hingga 80 MW.

Ketiga di bidang bahan bakar, ada upaya Pertamina mendorong masyarakat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.

Hal itu guna memenuhi Permen Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No.20 Tahun 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.

Seperti diketahui, mulai tahun 2018 secara bertahap hingga tahun 2021, Pemerintah akan menerapkan BBM berkadar sulfur rendah dan RON diatas 91, dengan standar EURO 4.

Guna memenuhi aturan tersebut, Pertamina di tahun ini telah menghasilkan BBM rendah sulfur sesuai standar EURO 4.

Diantaranya Pertamax Turbo High Quality dan Pertamax High Quality di RU VI Balongan, Pertamax High Quality di RU IV Cilacap, serta Pertadex High Quality di RU II Dumai dan RU V Balikpapan.

Produksi BBM Ramah lingkungan tersebut juga telah mendorong pola perubahan konsumsi masyarakat.

Konsumsi Premium telah bergeser ke produk BBM berkualitas, dimana komposisi konsumsi BBM jenis gasoline pada periode sembilan bulan 2017, adalah Premium mencapai 39,9 persen, Pertalite (RON 90) 42,21 persen, Pertamax (RON 92) sebesar 17,1 persen dan Pertamax Turbo (RON 98) sebesar 0,8 persen.

Demikian pula, komposisi konsumsi BBM jenis diesel juga mengalami pergeseran. Pada September 2017, komposisi konsumsi diesel tercatat Solar/Bio 96,4 persen, Dexlite 2,3 persen dan Pertamina Dex 1,3 persen. (Azis Husaini)

Berita ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Pertamina tetep tumbuh walau ada tekanan harga" pada Kamis (2/11/2017)

Kompas TV Kota Pontianak, Kalimantan Barat, optimistis dalam menerapkan transaksi tanpa tunai mulai Januari 2018.




Penulis :
Editor : Aprillia Ika