Lagi, Aktivis Sekuler Banglades Tewas Dibunuh

Kamis, 7 April 2016 | 12:03 WIB

STR / AFP Kepolisian Banglades tengah memeriksa lokasi pembunuhan bloger Ananta Bijoy Das di kota Sylhet. Das yang dibunuh sekelompok orang bersenjata parang pada Selasa (12/5/2015) menjadi bloger ketiga yang dibunuh sejak Februari lalu.

DHAKA, KOMPAS.com - Seorang mahasiswa sebuah fakutas hukum di Banglades yang memuat kritik terhadap kelompok Islam garis keras di akun Facebooknya, tewas dibunuh.

Demikian dijelaskan kepolisian Banglades, Kamis (7/4/2016), tentang kasus kekerasan terbaru yang menimpa para aktivis dan bloger sekuler di negeri itu.

"Sedikitnya empat orang penyerang menebas kepala Nazimuddin Samad dengan menggunakan golok pada Rabu malam," kata wakil kepala kepolisian Metropolitan Dhaka, Syed Nurul Islam.

"Saat Nazimuddin terjatuh, salah seorang penyerang menembaknya dari jarak dekat. Dia tewas seketika," tambah Nurul Islam.

"Ini adalah kasus pembunuhan berencana. Sejauh ini tak ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab," lanjut Nurul Islam sambil menambahkan polisi sedang mengembangkan penyelidikan.

Harian The Dhaka Tribune mengabarkan, para penyerang mengeroyok Nazimuddin Samad di tepian jalan raya yang sibuk di dekat Universitas Jaganath, tempat pria itu menuntut ilmu.

Nazimuddin belum lama menjejakkan kaki di ibu kota Banglades itu. Pemuda itu berasal dari kota Sylhet di wilayah timurlaut Banglades.

Nurul Islam menduga, para penyerang nampaknya sudah memantau kegiatan Nazimuddin sejak sebelum pria itu tinggal di Dhaka.

Imran Sarker, pemimpin kelompok aktivis sekuler terbesar di Banglades, mengatakan, Nazimuddin bergabung dalam aksi unjuk rasa pada 2013.

Unjuk rasa itu menentang para pemimpin Islam garis keras yang dituduh melakukan kejahatan perang dalam masa perang kemerdekaan Banglades.

"Dia (Nazimuddin) adalah seorang aktivis sekuler online yang menyuarakan protes terhadap ketidakadilan sosial. Dia juga menentang fundamentalisme Islam," ujar Sarker, ketua Asosiasi Bloger Banglades.


Penulis :
Editor : Ervan Hardoko