Ridwan Kamil Ajak Coder Gabung Bandung Smart City

Senin, 26 Oktober 2015 | 08:23 WIB

ARI PRASETYO/Kompas.com Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah tengah berbincang dalam Diskusi Panel Kota Cerdas 2015 yang digelar Harian Kompas dan Institut Teknologi Bandung (ITB) serta didukung PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN), di Grand Ballroom, Shangri-La Hotel, Jakarta, Kamis (13/8/2015).


BANDUNG, KOMPAS.com – Bagi Anda yang merasa jago coding, tidak ada salahnya bergabung dengan tim unit khusus Bandung smart city. Tim ini nantinya akan membuat sekitar 680 aplikasi untuk mendukung konsep smart city.

“Untuk smart city, saya membutuhkan belasan orang jago coding. Bagi yang berminat silahkan daftar,” ujar Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil di hadapan para peserta Hackathon Merdeka 2.0 di Bandung, Minggu (25/10/2015).

Pria yang akrab disapa Emil menjelaskan, konsep smart city ini adalah mengkonversi urusan manusia terbantu oleh teknologi. Mulai dari kependudukan, lalu lintas, mencari restoran, hotel, dan lainnya dibantu oleh aplikasi.

Contohnya Singapura yang memiliki 1.600 aplikasi. Dengan aplikasi tersebut, segala urusan rakyat Singapura berjalan lebih cepat dan mudah. Berbeda dengan Indonesia yang masih banyak menggunakan sistem manual dalam menjalankan pelayanannya.

“Setelah dihitung, Kota Bandung membutuhkan sekitar 1.000 aplikasi. Saat ini kami baru memiliki 320 aplikasi. Karena itulah bagi yang jago coding, silahkan mendaftar,” ucap Emil.

Emil mengungkapkan, hasil koding tim khusus smart city ini memungkinkan untuk menjadi referensi dunia. Sebab, sepanjang pengetahuannya baik Jepang maupun AS masih menggunakan konsep smart city masing-masing.

“Kalau kita kompak, bukan tidak mungkin konsep smart city yang dibuat Indonesia akan menjadi referensi di dunia atau bisa mempengaruhi dunia,” imbuhnya.

Untuk program smart city tersebut, anggaran yang disiapkan Kota Bandung tidak sedikit. Jika tahun ini Emil menganggarkan Rp25 miliar, maka anggaran tahun depan naik beberapa kali lipat menjadi Rp100 miliar.

“Kami menargetkan selesai tiga tahun. Karena selain aplikasi, infrastrukturnya juga harus siap. Percuma serba canggih kalau PNS-nya ga bisa pake. Makanya kami butuh waktu tiga tahun,” tutupnya.


Penulis : Kontributor Bandung, Reni Susanti
Editor : Wicak Hidayat