Menakar Peluang Airin pada Pilkada Tangerang Selatan 2015

Rabu, 10 Juni 2015 | 11:42 WIB

Warta Kota/Henry Lopulalan Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany (kanan) menemani suaminya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan (kiri) di ruang tunggu pengadilan usai menjalani sidang perdana dengan agenda pembacaan dakwaan di Pengadilan Tipikor, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (6/3/2014). Dalam sidang yang digelar setelah dua kali batal tersebut, Wawan didakwa melakukan suap kepada mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar sebesar Rp 1 miliar dalam pengurusan sengketa Pilkada Lebak di MK.


TANGERANG, KOMPAS.com - Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmy Diany berniat ikut kembali dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Tangerang Selatan 2015. Istri tersangka korupsi Tubagus Chaeri Wardana itu mengikuti seleksi calon wali kota di beberapa partai politik.

Hari ini, dia mengikuti acara pemaparan visi misi bakal calon wali kota Tangerang Selatan dari Partai Hanura, yang digelar Rabu (10/6/2015) ini.

Pengamat politik Lingkar Madani Ray Rangkuti menyebut, secara legal formal, tak ada masalah jika Airin berniat maju dalam Pilkada Tangsel tahun ini. Namun, jika ditelisik secara etika, Ray menyarankan Airin berpikir ulang.

"Pertama dengan alasan waktu tersisa mengurusi suaminya yang di penjara," kata Ray saat dihubungi Kompas.com, Tangerang Selatan, Rabu (10/6/2015).

Ray mengatakan, Airin perlu berkaca atas kasus yang menimpa suaminya. Sebab, selama ini, persoalan antikorupsi di kalangan pejabat pemerintah yang didengung-dengungkan malah berada dekat dengan Airin.

"Secara normatif, harusnya yang bersangkutan malu. Sudah dapat diduga dia tidak menyenangi antikorupsi," kata Ray.

Airin dianggap orang yang juga turut bertanggung jawab terkait kasus yang menimpa suaminya. "Dia orang paling dekat dengan suaminya, jadi harus bertanggung jawab dalam kasus korupsi tersebut," kata Ray.

Partai harus selektif

Partai politik yang turut serta dalam perhelatan Pilkada Tangerang Selatan perlu selektif dalam memilig calon wali kota. Salah satunya soal kriteria yang harus ketat.

"Partai sebenarnya kan buka-buka saja. Tapi mereka juga harus punya kriteria ketat. Salah satunya soal calon yang dekat dengan korupsi," kata Ray.

Ray menegaskan jika ada keluarga terdekat yang tersangkut korupsi, harusnya partai mempertimbangkan elemen tersebut. "Keluarga terdekat dengan dirinya jadi musuh bersama masyarakat Indonesia. Tidak perlu ditindaklanjuti oleh partai-partai itu," kata Ray.

Pemain baru

Pola permainan politik Airin dalam pilkada dinilai tidak berubah. Ray mengatakan salah satu cirinya dengan menyita spanduk-spanduk kandidat lain yang terpasang di beberapa tempat.

"Dalam saat kebersamaan, dia muncul dengan acara daerah. Sejak kapan ada aturan spanduk daerah memunculkan foto wali kota," kata Ray.

Cara ini, kata Ray menunjukkan Airin tidak memiliki kecenderungan objektif. Airin dinilai seperti pemain baru yang memiliki ketakutan tidak terpilih.

"Dia ikut pertandingan tidak objektif. Orang ini juga seperti tidak punya prestasi membanggakan," kata Ray.

Sebagai incumbent, Airin tidak perlu ketakutan tidak terpilih, dengan catatan memiliki prestasi yang baik dalam kepemimpinannya. Sebaliknya, kata Ray, dengan Airin mendaftar di beberapa partai politik menunjukkan ketakutan Airin.

"Dia seharusnya malu mendaftar ke sana kemari," kata Ray.

Ray menambahkan, jika Airin memiliki prestasi yang bagus, maka partai politiklah yang akan meminang dirinya. Bukan sebaliknya seperti yang dilakukan Airin sekarang ini.

Airin lolos seleksi bakal calon Wali Kota di Partai Nasional Demokrat (NasDem). Selain itu, Airin juga mendaftar sebagai bakal calon Wali Kota dari Partai Demokrat, Hanura, PKB, PPP serta Gerindra.


Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Editor : Ana Shofiana Syatiri