Ulama Bandung Minta Terduga ISIS Dibina, Bukan Diusir

Kamis, 2 April 2015 | 21:21 WIB

KOMPAS.com/M WISMABRATA Mural bertanda simbol kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terpampang di salah satu tembok di Jalan Veteran, Solo, Jawa Tengah, Senin (4/8/2014).

BANDUNG, KOMPAS.com - Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Nahdathul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH Sofian Yahya menyayangkan penolakan warga Desa Rancakasumba Kabupaten Bandung terhadap Aisyahnaz Yasmin (26). Aisyahnaz adalah WNI yang ditangkap di Turki saat hendak menyeberang ke Suriah, diduga untuk bergabung dengan kelompok Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).

"Jangan gampang menghakimi orang lain itu terlibat ISIS. Tanya dulu apa benar dia terlibat?" ujar Sofian kepada wartawan di Bandung, Kamis (2/4/2014).

Sofian meminta masyarakat dan kepala daerah di Kabupaten Bandung lebih bijaksana. Sebaiknya telusuri dulu kebenarannya. Jika memang benar Aisyahnaz gabung ke ISIS, tanya motifnya, jangan asal main tuduh.

"Mungkin saja dia pergi karena di Kabupaten Bandung tidak bisa makan. Jangan asal menilai itu teroris," tutur dia.

Sofyan mengatakan, masyarakat saat ini terlalu ketakutan pada isu ISIS. Padahal persoalan di sekitarnya jelas terlihat dan tak kalah kejamnya, yakni kasus korupsi.

"Seharusnya yang lebih ditakutkan itu koruptor. Mana yang lebih merusak, ISIS atau koruptor? Negara ini kan rusak karena politikus yang tidak jelas," ucapnya.

Untuk itu ia meminta Bupati Bandung lebih bijaksana. Ia menyarankan Aisyahnaz dibina dan direhabilitasi bukan malah diusir.

"Ketakutan masyarakat yang tak mau menerima Aisyahnaz berlebihan. Mereka (warga) hanya terbawa suasana dengan pemberitaan ISIS. Harus ditanya dulu apa kesalahannya, Allah saja maha pengampun, masa manusia melebihi Tuhan dan tidak mau mengampuni," ujarnya.

Mengenai ancaman radikalisme, Sofian berharap intelijen lebih berperan sebagai bentuk pencegahan. Namun bukan dengan cara Amerika yang memburu dan membinasakannya.

"Sampaikan saja pada tokoh-tokoh agama, jika ada ummatnya yang mulai menyimpang, lakukan pembinaan dan bimbing kembali," ujarnya.


Penulis : Kontributor Bandung, Reni Susanti
Editor : Bayu Galih