Mendagri Afganistan: Wanita yang Dibunuh karena Diduga Membakar Al Quran Tidak Bersalah

Senin, 23 Maret 2015 | 19:51 WIB

SHAH MARAI / AFP Sejumlah anggota Partai Solidaritas Afganistan menggelar aksi unjuk rasa di Kabul, Senin (23/3/2015), untuk mendesak pemerintah segera menangkap dan menghukum para pelaku pembunuhan seorang perempuan bernama Farkhunda. Pekan lalu, Farkhunda dikeroyok hingga tewas karena dituduh membakar kitab suci Al Quran.

KABUL, KOMPAS.com — Menteri Dalam Negeri Afganistan, Senin (23/3/2015), mengatakan, seorang perempuan yang dikeroyok dan dipukuli hingga tewas sebelum jasadnya dibakar massa terbukti tidak bersalah.

Perempuan bernama Farkhunda itu tewas dikeroyok massa yang mengamuk pada Kamis pekan lalu setelah dia dituduh membakar kitab suci Al Quran.

"Tuduhan kepada dia (Farkhunda) sepenuhnya salah. Farkhunda adalah perempuan saleh. Dia tak terlibat (dalam pembakaran Al Quran). Dia tak bersalah," kata Mendagri Afganistan Noorulhaq Ulumi kepada parlemen negeri itu.

"Sangat menyedihkan bahwa kita tak dapat melindungi nyawa seorang perempuan muda seperti dia. Saya harap tragedi seperti ini tak terulang," tambah Ulumi.

Rekaman insiden tersebut yang menyebar di media sosial memperlihatkan sejumlah polisi hanya melihat saat massa yang marah memukuli perempuan berusia 27 tahun itu hingga tewas. Setelah Farkhunda tewas, massa kemudian membakar jasad perempuan itu lalu melemparkannya ke Sungai Kabul.

Dalam pernyataan resmi pada Minggu (22/3/2015), Kemendagri Afganistan mengatakan, 13 perwira polisi dinonaktifkan, termasuk kepala polisi yang bertanggung jawab atas keamanan wilayah lokasi pengeroyokan Farkhunda.

Selain itu, belasan orang yang diduga menjadi provokator aksi massa itu sudah ditahan pihak kepolisian Kabul.

Sementara itu, sekelompok warga menggelar aksi unjuk rasa di Kabul untuk mendesak pemerintah menyeret pelaku pembunuhan Farkhunda ke pengadilan. Peserta aksi berjalan kaki di depan sebuah masjid dan di sepanjang sungai tempat Farkhunda dikeroyok.

"Kami meminta pemerintah untuk menahan, mengadili, dan menghukum setiap orang yang terlibat dalam pembunuhan Farkhunda," kata Maliha Akhawan, salah seorang peserta aksi unjuk rasa.

Para perempuan yang mengikuti aksi ini mengenakan topeng wajah Farkhunda yang dipenuhi darah yang banyak beredar di media sosial.

Kerusuhan yang dipicu pembakaran Al Quran pernah terjadi sebelumnya di Afganistan. Pada 2012, selama lima hari terjadi unjuk rasa dan aksi menentang AS di seluruh Afganistan yang menewaskan 30 orang.

Aksi kekerasan itu dipicu terungkapnya pembakaran sejumlah Al Quran di penjara Bagram, Kabul, yang dikelola militer Amerika Serikat.


Penulis :
Editor : Ervan Hardoko