"Kalahkan" Trah Soekarno, Jokowi Paling Direkomendasikan Pimpin PDI-P

Minggu, 22 Maret 2015 | 14:42 WIB

TRIBUN JATENG/WAHYU SULISTIYAWAN Presiden terpilih, Joko Widodo (dua kiri) berbincang dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri (dua kanan) dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP, Puan Maharani (kiri) serta Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDIP di Marina Convention Center (MCC), Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/9/2014). Rakernas yang dihadiri presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) serta sejumlah ketua partai koalisi ini mengusung tema Berjuang untuk Kesejahteraan Rakyat.


JAKARTA, KOMPAS.com
- Tiga orang dalam trah Soek‎arno menjadi figur paling tidak direkomendasikan untuk memimpin PDI Perjuangan di masa depan. Sebaliknya, Presiden RI Joko Widodo paling dijagokan menjadi ketua umum partai berlambang banteng tersebut.

Demikian hasil survei pakar dan opinion leader menyongsong PDI Perjuangan yang dilakukan Poltracking Indonesia baru-baru ini. ‎Dalam survei itu, Poltracking menilai 9 kader PDI-P, yakni Joko Widodo, Pramono Anung, Ganjar Pranowo, Tjahjo Kumolo, Maruarar Sirait, Hasto Kristianto, Megawati Soekarnoputri, Prananda Prabowo, dan Puan Maharani. Ada 10 aspek yang dinilai dari masing-masing tokoh, yakni kompentensi dan kapabilitas, visi dan gagasan, kemampuan memimpin partai, pengalaman dan prestasi memimpin, komunikasi di tingkat elite, kemampuan memimpin pemerintahan, penerimaan oleh publik, komunikasi publik, serta kemampuan memimpin koalisi.

"Tiga elite trah Soekarno berada di urutan paling bawah," kata Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha di Hotel Sofyan, Jakarta, Minggu (22/3/2015).

Para pakar menilai trah Soekarno, yakni Puan, Prananda, dan Megawati, sebagai figur elite partai yang paling tidak direkomendasikan memimpin PDI-P. Resistensi terhadap Puan paling besar, yakni 25,04 persen, sementara Prananda 17,64 persen, dan Megawati 16,91 persen.

"Dengan kata lain boleh jadi para pakar atau opinion leaders menilai bahwa sebaiknya PDIP menggunakan nalar politik demokrasi berbasis meritokrasi dalam sirkulasi kepemimpinan partai," tutur Hanta.

Adapun figur yang paling direkomendasikan adalah Jokowi dengan angka rekomendasi sebesar 29,35 persen, lalu Pramono Anung (28,73 persen), dan Ganjar Pranowo (19,85 persen).

"Hal ini terjadi karena ketokohan Jokowi di PDI-P semakin menguat sejak terpilihnya menjadi Presiden RI. Sementara, Pramono Anung merupakan politisi senior yang juga pernah menjabat sebagai Sekjen PDI-P," tutur Hanta.

Hanta mengatakan, ada 10 aspek ‎dalam penilaian para tokoh pada survei tersebut. Aspek itu meliputi integritas dan rekam jejak, kompentensi dan kapabilitas, visi dan gagasan, komunikasi elit, komunikasi publik, akseptabilitas publik, pengalaman dan prestasi memimpin, kemampuan memimpin organisasi partai, kemampuan memimpin koalisi, kemampuan memimpin dalam pemerintahan dan negara.

Poltracking melakukan riset mulai December 2014-Februari 2015 di Jakarta baik di Jakarta maupun di beberapa daerah lain di Indonesia. Riset dilakukan melalui meta analisis, focus group discussion (FGD), serta penilaian dari para pakar dan tokoh. Jumlah penilai dari riset ini adalah 200 pakar yang tersebar di Indonesia.

PDI-P akan menggelar kongres di Bali pada bulan depan. Kongres itu akan mengukuhkan Megawati sebagai ketua umum periode selanjutnya.


Penulis :
Editor : Laksono Hari Wiwoho