Respons Gatot Nurmantyo Saat Ditanya Penggunaan Politik Identitas - Kompas.com
Selasa, 7 Mei 2024

Satu Meja

Satu Meja

Program Satu Meja hadir di KompasTV setiap Rabu pukul 22.00 WIB bersama Pemimpin Redaksi harian Kompas Budiman Tanuredjo..

Respons Gatot Nurmantyo Saat Ditanya Penggunaan Politik Identitas

Selasa, 24 April 2018 | 15:47 WIB
Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo berpose sebelum menjadi narasumber di acara Satu Meja The Forum di studio satu Kompas TV, Menara Kompas, Jakarta, Senin (23/4/2018).KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo berpose sebelum menjadi narasumber di acara Satu Meja The Forum di studio satu Kompas TV, Menara Kompas, Jakarta, Senin (23/4/2018).

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengungkapkan pendapatnya soal politik identitas saat menjadi narasumber acara "Satu Meja" di Kompas TV pada Senin (23/4/2018) malam.

Awalnya, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi sebagai salah seorang panelis, menanyakan pendapat Gatot terkait penyebab maraknya politik identitas yang terjadi saat ini.

Menurut Gatot, politik merupakan ajang beradu cerdik bagi para politisi. Politik identitas cenderung digunakan untuk memenangkan calon pemimpin yang berkontestasi.

Ia berpendapat, politik identitas dapat dikatakan sehat apabila suatu kelompok tidak menggunakannya untuk menyudutkan atau menyerang kelompok lain.

"Politik ini adu cerdik, kemudian belum lama proses Pilkada DKI itu politik identitas yang dilakukan, itu berhasil mengangkat calonnya. Maka sebagai politisi hanya berpikiran seperti itu untuk mengangkat ini juga kalau ingin menang," ujar Gatot.

"Dalam konteks ini perlu diingatkan bahwa kita ini negara yang dibangun berdasarkan kemajemukan. Politik identitas dapat dikatakan sehat apabila tidak menyudutkan atau menjelek-jelekkan atau rasialisme," ucap dia.

(Baca juga: Pengakuan Gatot Nurmantyo soal Kedekatannya dengan Tomy Winata dan Logistik Pencapresan)

Kemudian, J Kristiadi kembali melontarkan pertanyaan, "Tegasnya, Pak Gatot tidak akan menggunakan politik identitas sebagai jurus politik?"

Gatot pun menjawab bahwa ia menginginkan adanya persatuan. Ia menegaskan, kendati mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, namun Pancasila yang digagas oleh para pendiri bangsa tidak lahir berdasarkan syariat Islam, melainkan Ketuhanan yang Maha Esa.

"Saya justru punya mimpi, koalisi ini adalah koalisi umat yang berjuang untuk rakyat Indonesia. Itu bukan politik identitas, kan? Jadi persatuan umat untuk rakyat Indonesia," ucap Gatot.

Seorang panelis lain, sosiolog Imam B Prasodjo ikut menimpali. Ia kembali mempertegas pertanyaan J Kristiadi.

"Apakah Bapak akan menjual kesamaan identitas sebagai cara untuk menang?" tanya Imam.

(Baca juga: Gatot Nurmantyo: Saat Ini Saya Melihat Terlalu Banyak Campur Tangan Partai)

Gatot menjawab, dirinya adalah seorang Muslim yang menjunjung keberagaman. Hal itu ia buktikan saat masih menjabat Panglima TNI, dengan merangkul semua kelompok agama.

"Saya pikir, walaupun saya seorang Muslim dan sudah dibuktikan saya panglima TNI yang merangkul semua agama. Itu yang akan saya mobilisasikan. Karena ini adalah bangsa yang majemuk," kata Gatot.

"Jadi dengan kata lain secara tegas Pak Gatot tidak akan menggunakan ikatan primordial itu sebagai alat?" tanya Imam lagi.

Gatot sedikit tak bersepakat dengan pertanyaan itu. Menurut Gatot, tak bisa dipungkiri masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam.

Oleh sebab itu, ia akan mengajak umat Islam bersama umat beragama lain untuk bersatu dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

"Bukan berarti saya memutuskan saya tidak peduli dengan Islam, tidak bisa seperti itu, wong saya orang Islam. Mungkin saya juga menggunakan partai Islam. Tapi saya mengajak semua umat untuk bersama bersatu berjuang untuk rakyat Indonesia," tutur Gatot.

Kompas TV Bagaimana sejauh ini dukungan dari relawan Gatot Nurmantyo?



Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Kristian Erdianto
Editor : Bayu Galih