Dikaitkannya Istana dengan Asia Sentinel Dinilai Tak Berdasar

By Yoga Sukmana - Selasa, 18 September 2018 | 18:25 WIB
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Rumah Cemara, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Rumah Cemara, Jakarta, Kamis (30/8/2018). (KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN)

JAKARTA, KOMPAS.com — Istana dikait-kaitkan dengan media asal Hong Kong, Asia Sentinel, yang memuat berita konspirasi kejahatan keuangan di era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Hal itu mencuat setelah Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik mengunggah foto Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko dengan co-founder media asing Hong Kong, Asia Sentinel, Lin Neumann.

Namun, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menilai foto Moeldoko dengan Lin Neumann merupakan hal yang lumrah dan tidak menyatakan ada afiliasi tertentu.

"Foto bersama tidak menjadi bagian dari sebuah afiliasi terhadap sebuah agenda politik, kepentingan politik," ujarnya di Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Baca juga: Wasekjen Demokrat Unggah Foto Moeldoko Bareng Co-founder Asia Sentinel, Ini Tanggapan Istana

Sementara itu, Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate juga menilai dikaitkannya Istana dengan pemberitaan Asia Sentinel merupakan hal yang tidak berdasar.

Sama seperti Hasto, Plate menilai foto adalah hal yang lumrah saja. Ia yang juga seorang anggota Komisi XI DPR memberikan satu contoh.

"Misalnya ada anggota DPR berfoto dengan Donald Trump, ya apakah semua kebijakan pemerintahan Amerika serikat dikaitkan dengan foto teman kita yang di DPR? Kan tidak itu. Terlalu jauh itu dikaitkan," kata dia.

Plate enggan mengomentari hal itu lebih panjang. Sebab, menurut dia, dikaitkannya Istana dengan pemberitaan Asian Sentinel tak punya dasar.

Baca juga: Demokrat Akan Adukan Asia Sentinel ke Dewan Pers Hong Kong

"Kita buang-buang energi untuk menanggapi yang tidak punya dasar yang kualifikasinya tidak layak," ucap dia.

Asia Sentinel, media asal Hong Kong, pada Rabu (12/9/2018), memuat artikel soal dugaan konspirasi kejahatan keuangan di era pemerintahan SBY.

Pada artikel yang ditulis editor yang juga pendiri Asia Sentinel, John Berthelsen, disebut bahwa Bank Century digunakan untuk merampok uang negara.

Menurut tulisan tersebut, Century direkayasa sebagai bank gagal pada 2008.

Tulisan tersebut juga menyebut bahwa SBY menggunakan Bank Century untuk melakukan pencucian uang sebesar 12 miliar dollar AS.

Setelah protes dari Demokrat, artikel tersebut sempat hilang dari laman Asia Sentinel.

Kini artikel tersebut sudah bisa kembali diakses, namun sudah diperbarui dengan ditambahkan bantahan dari elite Demokrat.

Kompas TV Artikel memuat sejumlah poin dan menyebut keterlibatan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Bank Century



Editor : Sabrina Asril
Artikel Terkait


Close Ads X