Cerita SBY yang Tak ingin Banyak Berjanji Saat Jadi Presiden

By Dylan Aprialdo Rachman - Senin, 17 September 2018 | 19:58 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan keterangan terkait penetapan pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung partainya di Jakarta, Minggu (7/1). Partai Demokrat secara resmi mengumumkan 17 pasangan bakal cagub-cawagub dalam pilkada 2018 dimana 14 orang dari 17 pasangan tersebut merupakan kadernya. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww/18.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan keterangan terkait penetapan pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung partainya di Jakarta, Minggu (7/1). Partai Demokrat secara resmi mengumumkan 17 pasangan bakal cagub-cawagub dalam pilkada 2018 dimana 14 orang dari 17 pasangan tersebut merupakan kadernya. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww/18. (Akbar Nugroho Gumay)

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menceritakan, pada saat ia menjadi Presiden Indonesia ke-6, kondisi negara dinilainya sedang menghadapi kesulitan.

Menurut dia, Indonesia saat itu belum stabil dan pulih dari krisis besar tahun 1998. Ia juga mengungkapkan, Indonesia masih menjalani transisi politik, ekonomi, hukum dan keamanan.

Bahkan, kata SBY, sejumlah pihak juga meramalkan Indonesia akan tercerai berai dan menjadi negara gagal.

"Itulah sebabnya, sebagai Presiden saya dan juga Partai Demokrat memilih untuk tidak terlalu banyak berjanji, daripada gagal untuk menepatinya. Tekad kita dulu adalah bekerja sekuat tenaga untuk memulihkan keadaan, dan membuat Indonesia lebih baik lagi," kata SBY dalam pidato politiknya pada acara Peringatan 17 Tahun Partai Demokrat di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (17/9/2018).

Baca juga: Merasa SBY Difitnah, Demokrat Mengadu ke Dewan Pers

Ia memaparkan visi dan misi Demokrat dulu adalah Indonesia yang aman dan damai, adil, sejahtera, dan demokratis. Dalam pergaulan internasional, dirinya mengusung visi perdamaian, keadilan, kemakmuran, dan demokrasi.

"Berangkat dari pahitnya kehidupan rakyat di masa krisis, utamanya kaum miskin dan kurang mampu, kita tetapkan strategi pembangunan ekonomi Indonesia, yang berjudul Strategi 4 Jalur," kata dia.

Keempat strategi itu adalah pro pertumbuhan, pro lapangan pekerjaan, pro pengurangan kemiskinan dan pro lingkungan hidup.

Ia bersyukur, dengan segala kekurangan yang ada dan didukung kerja keras, visi dan sasaran-sasaran strategis tersebut dapat dicapai.

Baca juga: Demokrat: Jokowi-Prabowo yang Kompetisi, tapi yang Digebukin Pak SBY Terus

SBY mengungkapkan, selama 10 tahun ekonomi Indonesia mampu tumbuh sekitar 6 persen. Kemudian angka pengangguran, kemiskinan cenderung turun.

"Sementara itu, lingkungan hidup kita makin terjaga. Ini membuktikan bahwa Strategi 4 Jalur dapat kita capai. Berarti pula kita dapat memenuhi janji kita," ungkap dia.

Di sisi lain, kata SBY, pendapatan per kapita naik lebih dari 3 kali lipat. Ia melihat kenaikan ini membuktikan bahwa kehidupan rakyat makin sejahtera. Rasio utang Pemerintah terhadap PDB juga menurun tajam dari 56,6 persen menjadi 25,6 persen.

"Termasuk dapat kita lunasinya utang IMF lebih cepat dari jadwalnya. Atas capaian tersebut, sejak tahun 2008, Indonesia menjadi anggota G-20 atau grup negara-negara dengan ekonomi terbesar dunia," kata dia.



Selama 10 tahun, ia dan pemerintahannya juga membangun pertanian, perindustrian, energi, transportasi dan infrastruktur di seluruh tanah air.

Menurut SBY, infrastruktur fisik yang dibangun bukan hanya prasarana perhubungan, tetapi juga prasarana pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain-lain di perkotaan dan pedesaan.

"Di bidang pertahanan dan keamanan, keadaan keamanan dalam negeri jauh membaik. Antara lain ditandai dengan selesainya konflik bersenjata di Aceh dan sisa-sisa konflik komunal di berbagai wilayah Indonesia," papar SBY.

"Kita melakukan modernisasi kekuatan pertahanan dan Alutsista TNI, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut maupun Angkatan Udara, secara masif, dan tergolong terbesar di tingkat kawasan," sambungnya.

SBY juga mengungkapkan, pemerintahannya mendorong modernisasi dan reformasi kepolisian untuk meningkatkan kapasitas dan profesionalitasnya.

Baca juga: Demokrat Gugat Asia Sentinel karena Tuduh SBY Cuci Uang lewat Century

Di bidang hukum dan keadilan, SBY juga melakukan penegakan hukum termasuk pemberantasan korupsi, terorisme, narkoba secara serius.

"Satu hal yang kita pegang teguh, tidak ada intervensi kekuasaan dan campur tangan politik dalam penegakan hukum dan keadilan," ungkapnya.

Di bidang demokrasi dan hak asasi manusia, kata SBY, pemerintahannya mendorong kebebasan pers, serta memberikan ruang kepada masyarakat sipil.

Capaian-capaian itu, kata dia, tak diperoleh secara instan.

"Ini semua memerlukan kepemimpinan dan manajemen pemerintahan yang efektif dari pusat hingga daerah. Jadi jelas bukan asal-asalan dan bukanlah auto pilot," ujar dia.

Kompas TV Apakah penunjukkan SBY dan AHY untuk masuk dalam tim sukses bisa disimpulkan Demokrat sudah kokoh mendukung Prabowo-Sandi?



Editor : Sabrina Asril
Artikel Terkait


Close Ads X