Banyak Kecelakaan di Tol Ngawi-Kertosono, 4 Hal Harus Diingat

By Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi - Selasa, 12 Juni 2018 | 16:30 WIB
Gerbang Tol Madiun di Tol Ngawi-Kertosono
Gerbang Tol Madiun di Tol Ngawi-Kertosono (Kementerian PUPR)

NGAWI, KOMPAS.com - Pemudik diminta waspada saat melintas ruas tol Ngawi-Kertosono. Dalam beberapa hari terakhir banyak kecelakaan tunggal terjadi lantaran kelalaian hingga kondisi kendaraan pemudik yang tidak prima.

"Kami mengimbau kepada pemudik, selain fisik juga harus memperhatikan kondisi kendaraan yang digunakan," kata Direktur PT Jasamarga Ngawi Kertosono-Kediri, Iwan Moedyarno kepada Kompas.com, Senin ( 11/6/2018).

Iwan menyampaikan hal itu menyusul banyaknya kasus kecelakaan tunggal yang terjadi di ruas jalan tol Ngawi-Kertosono. Dia mencontohkan pecah ban yang mengakibatkan kendaraan oleng.

Baca juga: Merapah Trans-Jawa, Pulang ke Kampung Indonesia

Untuk itu, Iwan mengingatkan pemudik untuk memperhatikan empat hal. Pertama, kondisi mesin, dan ban yang menjadi aspek penting penunjang keselamatan mudik.

Foto udara simpang susun Caruban dari Proyek Jalan Tol Ngawi-Kertosono di Jawa Tengah, Senin (4/6/2018). Jalan Tol Ngawi-Kertosono ruas Ngawi-Wilangan telah sah beroperasi dan dirancang sepanjang total 87,02 kilometer, Jalan Tol Ngawi-Kertosono dibagi dalam empat seksi pengerjaan.
Foto udara simpang susun Caruban dari Proyek Jalan Tol Ngawi-Kertosono di Jawa Tengah, Senin (4/6/2018). Jalan Tol Ngawi-Kertosono ruas Ngawi-Wilangan telah sah beroperasi dan dirancang sepanjang total 87,02 kilometer, Jalan Tol Ngawi-Kertosono dibagi dalam empat seksi pengerjaan. (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)
"Bannya gundul tetapi nekat dipakai. Selain itu ban itu kan ada umurnya yang sudah tertera. Kalau pun kembangnya masih kelihatan bagus tapi kalau umur bannya sudah empat lima tahun kan getas. Maka harus dilihat," ungkap Iwan.

Tak hanya itu ban vulkanisir kalau dilajukan dengan kecepatan tinggi hingga 120 kilometer per jam, akan panas lalu akhirnya meledak. Saat ban meledak mungkin pengemudi akan merasa kaget sehingga tidak kontrol.

Kedua, faktor rem dan sistem kemudi juga diperhatikan. Ketiga, pemudik tidak memaksakan kendaraan jenis city car untuk digunakan menempuh perjalanan jarak jauh. Kalau nekat menggunakan city car untuk jarak jauh sudah menyalahi desain.

Keempat ia juga mengingatkan pengemudi untuk beristirahat setelah empat jam mengemudi.

"Maksimal empat jam mengemudi, sopir harus istirahat dulu. Minimal istirahat 15 menit kemudian baru jalan lagi," demikian Iwan. 

Saksikan video reportase perjalanan mudik Tim Merapah Trans Jawa berikut ini:

Kompas Video Tim Merapah Trans-Jawa 3 Kompas.com melanjutkan perjalanan dari Solo sampai Pasuruan. Perjalanan kali ini Tim dibekali sepasang Cross Over Datsun Cross.


 

Editor : Hilda B Alexander
Artikel Terkait


Close Ads X