G-20: "Brexit" Tingkatkan Risiko Ekonomi Global - Kompas.com
Senin, 6 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

G-20: "Brexit" Tingkatkan Risiko Ekonomi Global

Senin, 25 Juli 2016 | 11:56 WIB
DPA/A Delvin Hasil akhir referendum Uni Eropa (UE) di Inggris, Kamis (23/6/2016), menunjukkan, 51,9 persen pemilih menghendaki negara itu keluar dari blok UE, setelah 43 tahun bergabung.

CHENGDU, KOMPAS.com - Dalam pertemuan di China, negara-negara anggota G-20 menyatakan referendum yang menghasilkan keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa meningkatkan risiko bagi perekonomian dunia.

Hasil referendum tersebut diakui menambah ketidakpastian ekonomi global. Oleh sebab itu, G-20 mendesak Inggris untuk tetap menjadi mitra utama Uni Eropa.

Dalam pertemuan di Chengdu, G-20 menyatakan memiliki alat untuk menangani konsekuensi potensial terhadap ekonomi dan keuangan dari hasil referendum di Inggris. Faktor lain yang memperumit ekonomi global menurut G-20 adalah konflik geopolitik, terorisme, dan arus para pengungsi.

Presiden bank sentral Jerman Jens Weidmann menyatakan belum ada tanda perkembangan ekonomi di Eropa terpengaruh Brexit.

"Negara-negara anggota G-20 setuju bahwa setelah voting Brexit, perekonomian global akan membaik di 2016 dan 2017," kata Weldmann dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G-20 di Chengdu, China.

Pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris dari 1,9 persen menjadi 1,7 persen pada tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi global juga diturunkan prediksinya dari 3,2 persen menjadi 3,1 persen.

"G-20 harus mengambil tempat untuk merespon ketidakpastian politik dari Brexit dan berlanjutnya ketidakpastian pasar finansial," ujar Managing Director IMF Christine Lagarde.

Dalam pernyataannya, pejabat keuangan G-20 menyatakan pemulihan perekonomian global telah menunjukkan perbaikan.

Namun, meski terus berlanjut, pemulihan tersebut masih lebih lemah dari yang diharapkan. Secara terpisah, para pejabat G-20 menyatakan salah satu hal yang menjadi isu juga adalah berlebihnya pasokan baja.

Permasalahan tersebut memberikan dampak negatif bagi perdagangan dan tenaga kerja, serta harus direspon secara kolektif. 

Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Sumber: BBC News