Masyarakat China Kini Semakin Gandrungi "E-commerce" - Kompas.com
Sabtu, 4 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Masyarakat China Kini Semakin Gandrungi "E-commerce"

Senin, 18 Juli 2016 | 13:01 WIB
Shutterstock Selamat datang di bisnis e-commerce!

BEIJING, KOMPAS.com - Masyarakat di China kini semakin banyak yang bergeser pola belanjanya, dari berbelanja dengan metode tradisional ke belanja dengan metode e-commerce.

Tren belanja online ini terus berkembang dan menjadi sektor yang mencatat pertumbuhan tinggi.

Meski masih relatif baru terhadap belanja online, konsumen China sudah menguasai hampir separuh penjualan ritel online global dan angkanya pun terus menanjak.

Penjualan ritel online tercatat 581,61 miliar dollar AS pada tahun 2015, melonjak 33,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Mengutip Forbes, Senin (18/7/2016), volume penjualan online di China telah melampaui Amerika Serikat dan diprediksi tumbuh 20 pesen secara tahunan pada tahun 2020.

Tren belanja online pun dipandang sebagai catatan pertumbuhan tersendiri bagi China, yang merepresentasikan kaum muda, urban, dan berpendidikan tinggi.

Para konsumen online memiliki perilaku yang berbeda terhadap belanja ketimbang generasi yang lebih tua, yang dibentuk sebagai penabung lantaran kondisi ekonomi dan politik yang menantang.

Sementara itu, konsumen muda di China cenderung lebih mau berbelanja. Selain itu, tren belanja online juga dipandanga kan mendorong pertumbuhan konsumsi pribadi hingga tahun 2020, menurut laporan Boston Consulting Group dan AliResearch.

Oleh sebab itu, banyak gerai ritel grosir dikhawatirkan akan gulung tikar. Belanja online pun memudahkan konsumen untuk mengakses produk yang tidak ada di gerai-gerai konvensional, termasuk misalnya makanan organik dan produk mewah dari luar negeri.

Konsumen belanja online terus meningkat terutama di kota-kota besar Tingkat 1 dan 2, seperti Beijing, Shanghai, Chongqing, dan Chengdu, di mana penetrasi mencapai 89 persen.

Namun demikian, potensi juga dipandang sangat meningkat di kota Tingkat 3 dan 4 dengan penetrasi mencapai 62 persen.

Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
Sumber: Forbes