KOMPAS.com — Sejak beberapa bulan lalu, tim peneliti keamanan
Amerika Serikat melakukan investigasi terhadap sistem teknologi pemerintahan. Tim tersebut terdiri dari FBI dan agen intelijen AS lainnya.
Hasilnya, ditemukan berkas penyadapan terhadap aktivitas Gedung Putih. Diduga, penyusupnya berasal dari
Rusia. Februari lalu,
Rusia juga dituduh menyadap pembicaraan telepon dua diplomat AS, Victoria Nuland dan Geoffrey Pyatt.
Dilansir
KompasTekno, Rabu (8/4/2015) dari
Engadget, penyadapan kali ini lebih jauh memasuki wilayah "dapur" negara adikuasa.
Informasi-informasi sensitif, seperti jadwal keseharian Presiden AS Barrack Obama yang seharusnya super-rahasia, pun telah mampu diakses. Lebih dari itu, peretas juga sempat menggunakan akun pegawai pemerintahan untuk mengetahui rencana-rencana pemerintahan AS.
Untungnya, Pemerintah AS memiliki sistem sendiri yang mampu mengelabui peretas. Menurut Kepala Penasihat Keamanan Nasional AS Ben Rhodes, dokumen-dokumen pemerintah telah dipisah-pisahkan.
Jika satu dokumen teretas, dokumen lainnya tak serta-merta ikut dicuri. "Kami konsisten memperbarui ukuran keamanan nasional," kata Rhodes.
Rusia dituduh menjadi dalang penyadapan ini karena kode-kode yang ditemukan pada berkas penyadapan mengarah kepada negara tersebut.
Rhodes mengakui
Rusia cukup cerdik mengakali rute penyadap yang mengarah kepada semua negara di belahan dunia.