Kompas.com
Kamis, 4 Juli 2024

Rayakan Perbedaan

TAG

Mantan Wabup Tersingkat Siap Bantu Patenkan Batik Garutan

Kamis, 1 April 2021 | 18:02 WIB
Deni Ramdani Sagara (Berkopeah), didampingi H Babay Tamimi tokoh masyarakat Garut membeli Batik Garutan di Gerai Batik Garutan SHD, Kamis (01/04/2021)KOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Deni Ramdani Sagara (Berkopeah), didampingi H Babay Tamimi tokoh masyarakat Garut membeli Batik Garutan di Gerai Batik Garutan SHD, Kamis (01/04/2021)

GARUT, KOMPAS.com - Mantan Wakil Bupati Tasikmalaya tersingkat, Deni Ramdani Sagara yang hanya menjabat Wakil Bupati Tasikmalaya selama 42 hari, mengaku siap membantu para perajin batik mematenkan corak batik Garutan.

"Saya sudah berkonsultasi dengan pihak Kemenkum HAM kalau memang mau saya bantu sampai selesai, (patenkan batik Garutan)," jelas Deni yang juga Sekretaris Umum (Sekum) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Barat, Kamis (1/12/2021) sore saat mengunjungi gerai batik Garutan SHD.

Deni menuturkan, mematenkan corak batik menjadi satu keharusan bagi para perajin batik tradisional. Sebab, di era perdagangan bebas, semua bisa begitu saja membuat batik dengan kualitas yang tak kalah dan jumlah yang lebih banyak, termasuk batik Garutan. 

Baca juga: Batik Garutan Punya Ratusan Corak, Baru Satu Dipatenkan, Itu Pun oleh Warga

Deni melihat, industri kecil menengah (IKM) seperti kerajinan batik, perlu mendapat perhatian dan upaya pelestarian. Sebab ini bukan hanya tentang industri melainkan ada nilai-nilai budaya yang harus dilestarikan.

Karenanya, Deni tertarik membantu perajin batik Garutan mematenkan corak batiknya setelah mengetahui belum satu pun corak batik Garutan dipatenkan.

"Kerajinan batik ini harus dilestarikan, karena bukan hanya soal industrinya, tapi ini juga nilai-nilai luhur budaya bangsa," katanya.

Deni sendiri menyarankan, para perajin batik tidak hanya menjual kain batiknya, tetapi juga bisa menjual nilai-nilai filosofis dari setiap corak batik dengan cara membuatkan narasi.

"Harus ada narasinya, buat tulisan yang isinya nilai-nilai filosofis agar konsumen tahu dan bisa menjelaskan nilai filosofis batik yang dipakainya," kata Deni. 

Agus Sugiarto, perajin batik Garutan yang menjadi pemilik batik Garutan bermerk SHD (Saha Deui) mengakui, para perajin batik tulis saat ini memang masih memproduksi batik tulis secara tradisional. Bahkan, untuk membuat satu batik tulis saja, waktunya bisa sampai dua bulan."

"Batik tulis memang lama dan sulit membuatnya, jadi kalau harus bersaing dengan batik print pasti sulit," katanya.

Namun, menurut Agus, batik yang ditetapkan menjadi warisan budaya oleh UNESCO sendiri hanya batik tulis dan cap, tidak termasuk batik print.

"Beda yang paling terlihat antara batik tulis dan print adalah jumlah warnanya, batik tulis paling banyak empat warna, batik print bisa lebih," katanya.

Baca juga: Sejarah dan Ragam Motif Batik Jawa Barat, dari Cirebonan hingga Iron Man

Agus mengapresiasi niat Deni yang sengaja datang ke gerainya untuk membantu mematenkan corak batik Garutan. 

Penulis: Kontributor Garut, Ari Maulana Karang
Editor : Farid Assifa