Kompas.com
Selasa, 2 Juli 2024

Rayakan Perbedaan

TAG

Cerita Penyintas Donor Plasma Darah meski Takut Jarum Suntik Demi Kesembuhan Pasien Covid-19

Kamis, 14 Januari 2021 | 18:17 WIB
Contoh plasma darah yang telah dibekukan ditunjukan oleh salah satu staf PMI Kota Tangerang, Kamis (17/12/2020).KOMPAS.COM/MUHAMMAD NAUFAL Contoh plasma darah yang telah dibekukan ditunjukan oleh salah satu staf PMI Kota Tangerang, Kamis (17/12/2020).

JAKARTA, KOMPA.com - Terapi plasma konvalesen bagi penderita Covid-19 telah diterapkan pada beberapa negara, termasuk Indonesia.

Sejauh ini terapi plasma konvalesen dari penyitas dinilai mampu meredam hingga menyembuhkan pasien gejala Covid-19, karena antibodi yang sudah terbentuk untuk melawan virus.

Hal inilah yang menjadi antusias penyitas Covid-19 untuk dapat mendonorkan plasma darah konvalesen dengan alasan membantu kesembuhan pasien.

Nabila Rassya (20), salah satunya. Warga Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan ini rela mendonorkan plasma darah konvalesen setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Baca juga: Curhat Penyintas Covid-19 yang Hanya Bisa Isolasi Mandiri, Dikucilkan Tetangga dan Bahan Gunjingan

Nabila, mendonorkan plasma darah konvalesen melalui program donor plasma darah konvalesen di Rumah Lawan Covid-19, Senin (11/1/2020).

"Alasan donor plasma konvalesen itu awalnya masih bimbang, karena ada ketakutan sama jarum suntik, tapi dipikir lagi ini dibutuhkan untuk mengani pasien Covid-19," ujar Nabila saat dihubungi, Kamis (14/1/2020).

Bagi Nabila, selain membantu pasien Covid-19, mendonorkan plasma juga untuk menepis sikap masyarakat yang memandang sebelah mata orang yang terinfeksi Corona.

Sejatinya, karena tidak ada orang yang ingin tertular penyakit Covid-19.

"Saat saya terpapar Covid-19, pandangan orang sekitar lebih buruk. Karena itu, merasa tergerak dapat membantu yang lebih membutuhkan," katanya.

Baca juga: Jakarta Butuh Sekitar 16 Juta Dosis Vaksin Covid-19 agar Tercipta Herd Immunity

Sebagai penyintas, Nabila mengingatkan masyarakat untuk hati-hati dengan mematahui protokol kesehatan.

Ia bercerita menderitanya terjangkit Covid-19. Gejala yang dirasakan bermula hilangnya indra penciuman, mual hingga tubuh lemas untuk menjalani aktivitas.

"Geregetan liat orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Ini sudah banyak contohnya sampai ribuan, tapi tidak sadar juga. Jadi coba patuh buat tekan penyebaran Covid-19," ucapnya.

Menurut Nabila, penderitaan setelah dinyatakan terpapar Covid-19 bukan saja merasakan sakit, melainkan harus jauh dari keluarga.

Baca juga: Dinkes DKI Terima 120.040 Dosis Vaksin Covid-19 untuk Vaksinasi Tahap Pertama

Ia harus terpisah bersama orangtua setelah dinyatakan terpapar hingga menjalani isolasi di Rumah Lawan Covid-19, Serpong, Tangerang Selatan, sejak tanggal 25 Desember 2020.

"Di sana saya malam tahun baru sendiri. Baru pulang setelah dinyatakan sembuh itu hari Jumat, satu minggu terakhir ini," katanya.

Kini, Nabila berharap masyarakat dapat mengikuti aturan pemerintah dengan memantuhi protokol kesehatan untuk menekan penyebaran Covid-19.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Muhammad Isa Bustomi
Editor : Sandro Gatra