Kompas.com
Selasa, 7 Mei 2024

Rayakan Perbedaan

TAG

Ridwan Kamil Imbau Perkuat Gerakan Budaya

Rabu, 12 Oktober 2016 | 01:10 WIB
Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani Wali Kota Bandung Ridwan Kamil saat menjadi pembicara di World Culture Forum, Selasa (11/10/2016). Kompas.com/DENDI RAMDHANI

NUSA DUA, KOMPAS.com--Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, instrumen masyarakat yang harus dibuat untuk memperkuat gerakan budaya khususnya di wilayah urban, bukan regulasi birokrasi.

Ridwan Kamil dalam simposium Menjalin Sejarah, Ruang Kota dan Gerakan Budaya di rangkaian kegiatan World Culture Forum (WCF) 2016 yang digelar di Bali Nusa Dua Convension Center (BNDCC), Nusa dua, Selasa, mengatakan bahwa sistem yang baik adalah sesuatu yang bisa membuat masyarakat mengerjakan dan menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.

"Pemerintah itu hanya mengatur dengan regulasi, selebihnya masyarakat harus turun sendiri," katanya.

Berangkat dari itu, ia mengatakan budaya "civil society" masyarakat di Bandung kuat.

"Jadi Pemerintah memberi ruang dengan regulasi dan masyarakat yang melaksanakan sehingga yang dibuat itu sesungguhnya bukan instrumen birokrasi tapi instrumen masyarakat," katanya.

Masyarakat Bandung, lanjutnya, diwajibkan menpunyai waktu luang untuk kerja bakti dan gotong royong. Serta waktu untuk piknik dan melakukan kegiatan budaya dan lain-lain.

"Jadi hidupnya tidak hanya linier, pagi kerja pulang sore, setiap hari sepanjang tahun," ujar Ridwan.

Ia mencontohkan Singapura yang begitu modern ternyata 40 persen warganya ingin pindah, sedangkan Korea Selatan yang begitu pesat kemajuannya ternyata memiliki tingkat bunuh diri yang paling tinggi kedua di dunia.

"Jadi hidup yang terlalu modern dan melupakan unsur kejiwaan diluar dari budaya biasanya punya masalah ekstrem. Nah Bandung ingin beri contoh bahwa hidup harmoni itu ya seperti segitiga tadi, harmoni pada dirinya, pada lingkungan, dan pada Tuhannya," ujar Ridwan.

Pada dasarnya, menurut dia, manusia boleh miskin tetapi tetap harus bahagia.

Sementara itu, Direktur Kantor UNESCO di Jakarta Shahbaz Khan mengatakan harmoni memang menjadi tantangan, mengingat ketidakstabilan sedang terjadi di dunia.

"Kita butuh yakin bahwa interdialog benar-benar terjadi," ujar Khan.

Namun pada dasarnya budaya adalah budaya itu sendiri, karena untuk bisa menikmati keindahan batik tidak perlu satu agama tertentu.

"Batik adalah batik. Indah, dan saya, kita senang menggunakannya, itu sudah cukup," kata Khan.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Jodhi Yudono
Editor : Jodhi Yudono
Sumber: ANTARA