Kompas.com
Jumat, 3 Mei 2024

Rayakan Perbedaan

TAG

Warung Tiban di Festival Lima Gunung

Jumat, 22 Juli 2016 | 21:53 WIB
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Anak-anak mementaskan tari Grasak Bocah saat tampil di Festival Lima Gunung XIII di Dusun Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (24/8/2014). Festival tahunan yang telah berlangsung selama 13 tahun ini menjadi tempat berkesenian warga desa. Dari berkesenian itu mereka saling membangun relasi kekeluargaan dan kebersamaan.

 MAGELANG, KOMPAS.com--Masyarakat di lokasi Festival Lima Gunung XV/2016 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kabupaten Magelang, Jateng, di kawasan antara Gunung Merapi dan Merbabu, memanfaatkan keramaian acara kebudayaan itu untuk memperoleh tambahan ekonomi dengan membuka warung makan tiban.

"Ibu-ibu PKK di sini membuka warung untuk menjual berbagai menu makanan. Mumpung ada keramaian festival," kata Kepala Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang Sri Asih di Magelang, Jumat.

Festival yang diselenggarakan secara mandiri oleh seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang itu, berlangsung selama 19-24 Juli 2016, dengan pembukaan di Candi Gunung Wukir Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, sedangkan pementasan berbagai kesenian oleh sekitar 50 grup di dua panggung berinstalasi bahan alam di Dusun Keron.

Sedikitnya 13 warung yang menyediakan aneka menu makanan dibuka warga perempuan Dusun Keron, baik secara pribadi maupun atas nama kelompok PKK, di beberapa tempat di arena festival yang pada tahun ini bertema besar "Pala Kependhem".

Ia mengatakan berbagai menu makanan itu, antara lain sayur lodeh lompong, tumis daun pepaya, buntil, rica-rica, mangut wader, gudeg, nasi rames, opor ayam, dan nasi goreng.

Mereka juga menyediakan tempe dan tahu goreng dikemas dengan menggunakan tepung, aneka camilan kerupuk, kacang rebus, dan minuman teh, kopi, dan jahe.

Berbagai warung makan tiban yang dibuka kalangan perempuan dusun setempat itu, terlihat tak pernah sepi dari kunjungan masyarakat dan para penonton yang datang dari berbagai kota besar. Mereka menyantap aneka makanan yang dijual para ibu rumah tangga di tempat itu.

Puluhan pedagang kaki lima secara tiban juga menggelar macam-macam dagangan di arena festival, terutama di dekat panggung pementasan kesenian.

Aneka dagangan para PKL yang datang dari beberapa tempat di kawasan antara Gunung Merapi dan Merbabu itu untuk berjualan di lokasi festival, antara lain camilan dalam kemasan, makanan dan minuman, serta mainan anak-anak.

Ketua Panitia Lokal Festival Lima Gunung XV/2016 Sujono mengatakan agenda kebudayaan di dusun berpenduduk sekitar 87 kepala keluarga atau sekitar 350 jiwa itu, juga memberikan manfaat bagi masyarakat setempat secara perekonomian.

"Festival bukan hanya berupa pementasan kesenian, tetapi juga menjadi kesempatan masyarakat memperoleh tambahan penghasilan," katanya.

Festival hari keempat itu, mementaskan berbagai tarian tradisional dan kontemporer, performa seni, dan pentas musik kontemporer dari sejumlah grup di desa-desa sekitar Keron dan beberapa lainnya dari sejumlah kota besar yang berjejaring dengan Komunitas Lima Gunung.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Jodhi Yudono
Editor : Jodhi Yudono
Sumber: ANTARA