Kompas.com
Minggu, 28 April 2024

Rayakan Perbedaan

TAG

Muhammadiyah: Toleransi Antarumat Kunci Jaga Nilai Kebhinekaan

Jumat, 21 Agustus 2015 | 04:44 WIB
SHUTTERSTOCK Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Toleransi antar-umat beragama merupakan kunci dalam menjaga nilai-nilai kebhinekaan. Tanpa toleransi, maka akan sulit mewujudkan negara yang aman dan damai.

Hal itu diungkapkan anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Wawan Gunawan Abdul Wahid, dalam diskusi dan bedah buku "Fikih Kebhinekaan" di Kantor PP Muhammadiyah, Kamis (20/8/2015) malam.

Wawan mengatakan, bahkan sejak jaman Nabi Muhammad SAW, upaya membangun nilai-nilai toleransi beragama itu sudah diajarkan.

"Toleransi ini sering dicontohkan oleh Nabi, salah satunya dalam peristiwa fathul Mekah (peristiwa dikuasainya Mekah)," kata Wawan.

Ia menjelaskan, ketika Nabi Muhammad hendak membuka pintu Kabah, tugas itu justru diberikan kepada orang non-muslim. Nabi Muhammad percaya bahwa orang yang ia beri kepercayaan tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Dalam konteks kekinian, ia mengatakan, definisi mengenai umat sudah mulai berkembang. Secara harafiah, pengertian "ummat" jika diambil dari Bahasa Arab berarti melindungi. Namun, di dalam buku tersebut, makna "ummat" diperluas menjadi setiap warga negara baik muslim maupun non-muslim, memiliki kedudukan yang sama, baik dalam hak dan kewajiban.

"Merujuk pada Piagam Madinah, Muslim dan Nasrani bisa hidup berdampingan dalam rangka memajukan bangsanya," kata dia.

Wawan menambahkan, kondisi yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak beda jauh dengan apa yang terjadi di Madinah. Sebagai negara multietnis, Indonesia dihuni oleh berbagai suku bangsa dengan latar belakang agama yang berbeda pua.

"Di sini ada umat Nasrani, Hindu, Muslim. Ada juga yang beragama tapi sedang belajar agama. Dalam kebhinekaan, semua saling membangun dalam visi misi Indonesia jaya," ujarnya.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Dani Prabowo
Editor : Bayu Galih